Petani Bawang Merah Desa Bunton, Cilacap Mampu Hasilkan Puluhan Ton dalam Sekali Panen

Petani Bawang Merah Desa Bunton, Cilacap Mampu Hasilkan Puluhan Ton dalam Sekali Panen

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Mursidi saat meninjau hasil panen bawang merah Gapoktan Karya Tani Desa Bunton Kecamatan Adipala, Jumat (3/11/2023).-JULIUS/RADARMAS-

CILACAP, RADARBANYUMAS.DISWAY.ID - Ditengah melonjaknya harga kebutuhan pokok hingga menyebabkan inflasi di beberapa daerah, petani bawang merah Desa Bunton, Kecamatan Adipala, Kabupaten CILACAP, justru mendapatkan hasil panen yang bagus.

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Karya Tani Desa Bunton yang merupakan gabungan dari 9 kelompok tani sejak tahun 2018, fokus menanam bawang merah hingga saat ini selalu memberikan dampak ekonomi yang signifikan.

Ketua Gapoktan Karya Tani, Parijan Arif Ashari kepada Radarmas mengatakan, sektor pertanian bawang merah di wilayah Desa Bunton dapat berkembang pesat dikarenakan telah menggunakan teknologi yang cerdas dan disertai pendampingan yang tepat.

"Kita menaman dari biji, setelah 3 bulan bisa dipanen, sedangkan untuk pengairan kita menggunakan sistem semprot springkle 2 kali sehari," katanya, Jumat (3/11/2023).

BACA JUGA:Kasus Kekerasan Anak di Cilacap Capai 108 Kasus

BACA JUGA:Anggota KPU Kabupaten Cilacap Periode 2023-2028 Resmi Dilantik, Ini Komposisinya

Menurutnya, ketika masa panen raya kemarin para petani mampu menjual dengan harga Rp 13 ribu, dengan luas lahan bawang merah bervariasi setiap musim tanamnya berkisar antara 5 hingga 25 hektare. 

"Luas tanam tertinggi tercatat pada MT III, pernah mencapai 25 hektare. Tiap hektare mampu menghasilkan 21 ton. Selain itu hasil panen dapat disimpan maksimal 7 hari setelah panen," lanjutnya.

Pemilihan teknologi budidaya bawang merah dengan menggunakan biji atau biasa disebut TSS ini, selain memiliki biaya produksi yang lebih rendah. Metode ini juga menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi.

"Adopsi teknologi budidaya bawang merah TSS biasanya berlangsung lambat di daerah lain, karena teknis persemaiannya yang sedikit lebih rumit. Namun kita menciptakan alat semai biji TSS semi-otomatis yang menggunakan sistem pegas, sehingga teknis pembuatan pesemaian dengan benih TSS tidak lagi menjadi kendala," pungkasnya. (jul)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: