Perajin Genteng Pancasan, Banyumas, Manfaatkan Minyak Destilasi Pembakaran Sampah Untuk Pelumas Cetakan

Perajin Genteng Pancasan, Banyumas, Manfaatkan Minyak Destilasi Pembakaran Sampah Untuk Pelumas Cetakan

Perajin genteng di Desa Pancasan memanfaatkan minyak hasil destilasi pembakaran sampah untuk pelumas cetakan genteng.-YUDHA IMAN PRIMADI/RADARMAS-

BANYUMAS, RADARBANYUMAS.DISWAY.ID - BUMDes Banyu Makmur Desa Pancasan, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten BANYUMAS, memanfaatkan minyak hasil destilasi pembakaran sampah sebagai pelumas cetakan genteng.

Seperti diketahui Desa Pancasan dikenal sebagai sentra industri genteng di Kabupaten Banyumas. Melalui pemanfaatan minyak destilasi dari pembakaran sampah, perajin genteng di desa tersebut mendapat alternatif minyak pelumas cetakan genteng selain solar non subsidi.

Ketua BUMDes Banyu Makmur, Nugroho Agung mengatakan, minyak hasil destilasi pembakaran sampah di Desa Pancasan dihasilkan dari alat pembakaran sampah milik warga yang sudah tidak dimanfaatkan. Alat tersebut diserahkan ke BUMDes untuk diperbaiki agar bisa dioperasionalkan.

Hasilnya, puluhan botol minyak hasil destilasi pembakaran sampah sudah dihasilkan dan disebar ke puluhan perajin genteng Desa Pancasan. "Setelah habis, mereka (perajin genteng) meminta lagi. Artinya baik untuk melumasi cetakan genteng selain dengan memakai solar," katanya.

Meski demikian, Agung mengakui, alat pembakar sampah yang dipakai masih kurang standar. Termasuk bahan sampah plastik yang dibakar. Dimana seharusnya hanya sampah plastik bening yang dibakar untuk mendapat minyak hasil destilasi yang baik.

"Sampah yang dibakar juga seharusnya ditutup rapat. Alat yang sekarang masih kurang standar," terang dia.

Untuk melanjutkan produksi minyak hasil destilasi pembakaran sampah Desa Pancasan, pihaknya akan mengajukan pembelian alat baru kepada Pemerintah Desa Pancasan. Pertimbangannya, dengan alat yang ada sekarang karena kurang standar justru membahayakan keselamatan pekerja.

Disinggung mengenai harga dari alat tersebut, dikatakan, kisaran Rp 60 juta. "Untuk menghasilkan lebih banyak minyak destilasi, pekerja takut alatnya meledak. Oleh karena itu, saat proses pembakaran sampah juga tidak ditutup rapat. Mudah-mudahan dapat segera direalisasikan ada alat baru," pungkas Agung. (yda)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: