Gelombang Tinggi Berpotensi Terjadi di Perairan Cilacap

Gelombang Tinggi Berpotensi Terjadi di Perairan Cilacap

Kapal nelayan bersandar di Pelabuhan Perikanan Cilacap.-RAYKA/RADARMAS-

CILACAP, RADARBANYUMAS.DISWAY.ID - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) CILACAP kembali mengingatkan mengenai potensi gelombang tinggi yang terjadi di perairan selatan Jawa.

Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Cilacap, Teguh Wardoyo mengatakan, perairan Selatan Cilacap hingga Samudra Hindia Selatan Cilacap berpeluang terjadi gelombang dengan ketinggian 2,5-4 meter. 

Pola angin di wilayah Indonesia bagian utara umumnya bergerak dari tenggara - barat daya dengan kecepatan angin berkisar 8 - 25 knot.

Sedangkan di wilayah Indonesia bagian selatan umumnya bergerak dari timur - tenggara dengan kecepatan 10 - 25 knot.

"Kecepatan angin bisa menyebabkan terjadinya gelombang hingga ketinggian 4 meter. Selama beberapa hari ke depan," katanya. 

BACA JUGA:Dua Perahu Nelayan Jetis Cilacap Terbalik, Nelayan Tetap Melaut Meski Gelombang Tinggi

BACA JUGA:Satu Hari, Dua Lahan Kosong di Cilacap Terbakar, Diduga karena Warga Bakar Sampah Sembarangan

Pihaknya mengingatkan agar pelaku aktivitas pelayaran lebih berhati-hati saat melaut. Termasuk pada nelayan dan wisatawan yang berada di pantai. 

Selanjutnya, pada akhir September hingga  bulan Oktober 2023, kata Teguh, dikatakan masuk musim transisi dari kemarau ke musim penghujan.

"Pada musim transisi ini ada potensi cuaca ekstrem, seperti petir, angin kencang, puting beliung, serta hujan lebat dengan waktu dan dapat menyebabkan banjir, longsor jadi perlu diwaspadai kesigapannya juga," ujarnya. 

Sementara itu Ketua NHSI Cilacap, Sarjono mengatakan, pada bulan September ini merupakan berkah bagi para nelayan lantaran hasil tangkapan melimpah.

"Hasil tangkapan nelayan jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya yang dipengaruhi La Nina sehingga musim kemaraunya menjadi basah atau sering turun hujan," ujarnya.

Menurutnya, gelombang tinggi pada musim angin timuran ini tetap berpotensi terjadi, namun relatif lebih stabil, dibandingkan angin baratan. 

"Nelayan hampir semuanya melaut karena jenis ikan bermunculan di laut. Namun kami sudah himbau agar nelayan yang berangkat melaut tetap memerhatikan risiko gelombang tinggi," kata Sarjono. (ray)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: