Mengapa Gus Dur Dulu Suka Pakai Batik dan Kopiah? Simak Penjelasan Gus Mus Tentang Alasannya

Mengapa Gus Dur Dulu Suka Pakai Batik dan Kopiah? Simak Penjelasan Gus Mus Tentang Alasannya

Gus Mus bersama Gus Dur. (Foto: Istimewa) RADAR BANYUMAS - Presiden keempat RI KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dulu sering memakai batik dan kopiah. Mustasyar PBNU KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) pun menjelaskan alasannya. Hal ini disampaikannya saat menghadiri acara Haflah Iftitah Dirosah Pondok Pesantren Al-Aqobah Jombang, Jawa Timur, Senin (4/7/2022). "Allahuyarham Gus Dur selalu memakai batik dan peci, ikut kanjeng nabi katanya. Menurutnya Nabi Muhammad memakai pakaian tradisional Arab dan ia pakai pakaian tradisional Jawa (Indonesia) yaitu batik," jelasnya dikutip dari NU online. Menurut Gus Mus, apa yang dilakukan Gus Dur sesuatu yang dilakukan oleh seseorang yang memahami secara serius dan paham substansi ajaran Nabi Muhammad saw. "Gus Dur ini orang yang berpikir," imbuhnya. Mus menambahkan, pernyataan Gus Dur yang mengatakan bahwa ia mengikuti ajaran Rasulullah cukup beralasan. Titik temunya berada pada memakai pakaian tradisional dari tanah kelahiran. Pakaian tradisional Arab itu adalah jubah dan serban, ini tidak diubah oleh Nabi Muhammad. Karena tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Padahal serban dan jubah itu juga baju dari musuh nabi bernama Abu Jahal, perbedaannya dengan nabi yaitu wajah nabi tersenyum. https://radarbanyumas.co.id/pegang-wejangan-eyang-kakung-mantap-istiqomah-nguri-nguri-batik-cap/ Jadi orang mudah membedakan antara wajah Abu Jahal dan Nabi Muhammad lewat senyuman. Kalau marah-marah dan seram maka itu Abu Jahal. "Jadi kalau meniru Nabi Muhammad jangan sebatas jubah dan serbannya, senyumnya juga," ujarnya. Gus Mus bersama Gus Dur. (Foto: Istimewa) Dikatakan, padahal kalau nabi ingin mengubah bentuk pakaian maka sangat bisa. Buat pakai model baru yang ciri khas Islam bisa, sebab Nabi Muhammad pembawa agama. Namun nabi tetap memilih bertahan dengan baju tradisionalnya. "Nabi Muhammad tidak main hajar saja, dilihat dulu, ini ada zaman dulu cuma caranya kurang pas, semisal tawaf dengan telanjang, lalu diatur sedemikian rupa. Haji dan tawaf ada. Kalau tidak menyalahkan apa-apa, maka dibiarkan seperti pakaian," tegas tokoh asal Rembang ini. Gus Mus merasa aneh jika ada gerakan yang ingin meniru zaman nabi dulu dan tidak mau berubah sedikit pun. Berubah dikit dikatakan bid'ah. Gus Dur dengan kecerdasannya mengambil semangat beragamanya nabi bukan hanya meniru sisi lahirnya saja. Semangatnya nabi yaitu menutup aurat dengan pakaian tradisional. "Disangkanya jubah dan serban itu sunnah rasul, yang ditirunya hanya itu dan ngotot, meniru tapi tidak mikir, orang berlebihan itu keliru,"ungkapnya. Bagi Gus Mus, apa yang dilakukan Nabi Muhammad dan Gus Dur juga berlaku di tradisi pesantren ini dan sesuai dengan kaidah fikihnya: المحُاَفَظَةُ عَلَى القَدِيْمِ الصَالِحِ وَالأَخْذُ باِلجَدِيْدِ الأَصْلَحِ Menjaga tradisi terdahulu yang baik, serta mengambil hal baru yang lebih baik "Semangat cinta tanah air dan budaya lokal ini juga diwarisi pesantren. Mereka menyatu dengan masyarakat. Nama pesantren dulu menggunakan nama daerah," tandasnya. (*/NUONLINE/ttg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: