Sugiarti, Perajin Batik Ecoprint, Tidak Menyerah Meski 100 Lembar Kain Gagal, Kini Karyanya Sampai Macau

Sugiarti, Perajin Batik Ecoprint, Tidak Menyerah Meski 100 Lembar Kain Gagal, Kini Karyanya Sampai Macau

PIONIR : Sugiarti dengan outfit ecoprint karyanya foto di booth pameran ecoprint dengan memamerkan karyanya beberapa waktu lalu. -Sugiarti untuk Radarmas -

Sugiarti sudah sejak 2018 menekuni ecoprint. Dia belajar otodidak. Mulai dari YouTube, hingga ikut kelas berbayar di Facebook. Total sudah Rp 10 juta biaya yang dikeluarkan untuk belajar ecoprint. Hasilnya? Ia kini sudah balik modal. Bahkan sudah mencapai 10 kali lipat uang yang didapat dari menjual hasil karya ecoprint bikinannya. 

AAM JUNI, Purwokerto 

Darah fashion sudah mengalir, di dalam diri perempuan berumur 45 tahun asal Bantarsoka, Purwokerto Barat. Saat sekolah menengah kejuruan, dia mengambil jurusan tata busana. 

"Jahit sampai tahun 2018. Lulus SMKN 3 Purwokerto 1997," kata dia. 

Dahulu media untuk belajar ecoprint diakui masih sangat terbatas. Bahkan di tahun 2018, video tutorial membuat ecoprint di platform YouTube masih sangat sedikit.

"Pertama belajar sendiri otodidak lihat di YouTube. Saat itu belum banyak pencarian di Google," kata Sugiarti. 

Membuat ecoprint rupanya tidak semudah yang dipikirkan. Berkali-kali dia buat ecoprint, hasilnya masih belum memuaskan. 

"Sampai banyak habis kain tidak memuaskan. Ada sekitar 100 lembar kain. Itu gagal buat saya. Hasilnya kurang sempurna, jejak daun kurang jelas, warnanya tidak cerah," ujarnya. 

Meski kerap gagal, dia tak patah arang. Sugiarti yakin, pasti ada cara untuk bisa membuat ecoprint dengan hasil memuaskan. 

"Saya penasaran. Jadi terus mencari, hingga akhirnya ada kelasnya. Setelah ikut kelasnya, ternyata memang ada resepnya. Begitu praktek dengan resep hasilnya bagus," ucapnya. 

Dimana ada kemauan disitu ada jalan. Pepatah itu dipegang Sugiarti. Dan akhirnya dia menemukan kelas berbayar di Facebook. 

"Dulu bayarnya Rp 650 ribu sekali ikut. Misal ada teknik baru lagi, bayar lagi. Harga tergantung tekniknya. Paling mahal itu teknik logam, Jadi pakai logam dan biayanya Rp 3 juta," jelas dia. 

Berkat ketekunan, semangat, modal energi dan materi, kini kemampuannya dalam bikin ecoprint semakin mahir. Beragam teknik sudah dikuasai. "Ada trik-trik. Banyak dapat ilmu," ujarnya. 

Empat tahun berkecimpung di dunia ecoprint, Sugiarti semakin sadar. Masih banyak ilmu yang belum dikuasai. Itu menjadikannya terus belajar soal ecoprint. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: