Italia Lupakan Counter Attack

Italia Lupakan Counter Attack

ITALIA Lupakan Counter Attack VERONA–Frustasinya Simone Zaza. Lima kali bermain untuk timnas Italia dalam uji coba sebelum Euro 2016, tidak satu pun gol yang mampu diciptakan penyerang Juventus tersebut. Bahkan, di balik kemenangan Italia 2-0 atas Finlandia dalam laga uji coba di Marc Antonio Bentegodi, Verona, Selasa dini hari kemarin WIB (7/6), Zaza tetap saja mengakhiri laga dengan tangan hampa. Pemain yang berusia 24 tahun pun bahkan harus melewatkan peluang golnya dari delapan kali tembakan dalam laga tersebut. ''Saya sendiri berpikir dapat melakukannya jauh lebih baik lagi,'' sebut Zaza, dalam sebuah wawancaranya kepada RAI Sport setelah laga. Overall, Zaza sudah membuang 11 kali peluang dalam lima caps-nya itu. Zaza hanya satu contoh. Selain Zaza, persoalan serius dari sisi agresivitas gol belum juga bisa diatasi skuad asuhan Antonio Conte tersebut. Hingga menjalani laga kelimanya setelah lolos dari fase kualifikasi Oktober silam, baru delapan gol yang dikoleksi pemainnya. Dari jumlah itu, hanya tiga di antaranya yang diciptakan barisan pemain depan. ITALIA Lupakan Counter Attack Atau, hanya 37,5 persen saja kontribusi penyerang Azzurri – julukan timnas Italia – untuk jadi pembeda. Kemenangan atas Finlandia kemarin bisa jadi contoh rendahnya kontribusi para penyerang Italia. Dua gol Italia kemarin diboyong dua pemain di lini tengah, Antonio Candreva dan Daniele De Rossi. Dilansir dari Football Italia, Conte sudah memahami kelemahan anak asuhnya itu. Makanya, pada Euro nanti pelatih yang musim depan menangani Chelsea tersebut menjanjikan gaya permainan berbeda dari Gianluigi Buffon dkk. Khususnya saat mengawali perjalanannya di Grup E menantang Belgia, di Parc Olympique Lyonnais, Lyon, 14 Juni mendatang WIB. ''Saya akan melakukan segalanya. Asalkan bukan bermain bertahan dan melakukan serangan balik. Saya bahkan tidak pernah melatih tim ini dengan strategi serangan balik. Itu bukanlah konsep sepak bola saya,'' ucap Conte. ''Sebaliknya, kami akan menjadikan penguasaan bola sebagai kunci,'' lanjutnya. Conte beralasan, dengan menguasai ball possession maka ide-ide sepak bolanya bisa berjalan. Padahal, dalam Euro 2012 dan Piala Dunia 2014 lalu Italia kerap menggunakan strategi dari serangan balik sebagai senjata mematikan lawannya. Maklum, saat itu Italia masih punya bomber-bomber yang kerap menjadi penentu. Ambil contoh Mario Balotelli ketika Euro 2012 lalu. Kembali pada lemahnya agresivitas Italia pada laga-laga uji coba tahun ini, diketahui Conte memilih untuk meninggalkan gaya permainan yang mengandalkan serangan balik tersebut karena Italia tidak punya pemain pembeda seperti Super Mario – julukan Balotelli. Padahal, dalam skema serangan balik, defense yang kokoh bukanlah satu-satunya kunci sukses. Namun, butuh pemain-pemain depan yang memiliki kecepatan dan naluri pembeda. ''Kami sebenarnya memiliki pemain-pemain seperti itu (yang punya kecepatan) dari Ciro Immobile ataupun Zaza. Tapi, itu belum berjalan maksimal,'' keluh pelatih yang berusia 46 tahun tersebut. Conte sepertinya ingin memanfaatkan serangan dari lini keduanya. Salah satunya dari Antonio Candreva. Sepanjang setahun terakhir baik dalam laga uji coba ataupun kualifikasi Euro 2016 pemain Lazio tersebut secara keseluruhan sudah mengoleksi lima gol dalam 15 kali penampilannya bersama Italia. Dalam laga kemarin, Italia mampu menunjukkan bukti bahwa tim tersebut sudah siap memakai possession football sebagai pembunuh lawan-lawannya. Melawan Finlandia, Italia dapat mendominasi 58 persen penguasaan bola. Statistik dalam laga itu pun nyaris saja menyamai statistik Italia sepanjang persiapan untuk Euro 2016. Statistik di Soccerway mencatat, dari enam pertandingan uji coba Italia tersebut jika dirata-rata per satu pertandingannya baru 50 persen dominasi permainan Italia. ''Saya rasa para pemain pun sudah memahami konsep yang saya siapkan ini. Saya harap pemain mampu melakukan cara bermain seperti yang saya inginkan, dengan determinasi dan keinginan untuk mengatasi halangan,'' klaim Conte. Lantas, sanggupkah strategi permainan yang baru ini bersaing dengan tiga negara lain dalam Grup E. Di antaranya Belgia, Republik Irlandia, dan Swedia. Dari ketiga negara calon pesaing Italia tersebut, hanya Swedia yang mempunyai gaya permainan possession football seperti proyeksi Conte kepada timnas Italia ini. Sedangkan, Belgia dan Irlandia sama-sama bakal menerapkan counter attack yang bertumpu dari permainan cepat pemainnya. Ingat, Belgia punya pemain-pemain yang mampu memaksa pemain Italia terus berlari. Seperti Kevin De Bruyne dan Eden Hazard. Dengan terus berlari, fokus penggawa Italia untuk melakukan penguasaan bola bisa saja buyar. ''Jika kehilangan bola, maka secepat munglin kami harus memenangkannya lagi,'' sebut Conte. (ren)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: