Grebeg Suran Baturraden, Wujud Syukur Panen Hasil Bumi
MAHDI/RADARMAS REBUTAN GUNUNGAN: Ribuan warga yang memadati acara Grebeg Suran Baturraden Minggu (22/9) kemarin. PURWOKERTO-Ribuan wisatawan memadati lokawisata Baturraden dalam perhelatan Grebeg Suran Baturraden, Minggu (22/9). Kegiatan terpusat di Lokawisata Baturraden. Dalam tradisi rutin tahunan tersebut, diperebutkan empat gunungan. Dimana dua gunungan berasal dari pemerintah, sedangkan dua lainnya dari sumbangan masyarakat sekitar. Sebelum diperebutkan, gunungan diarak dari Wanawisata Baturraden menuju ke area parkir Bukit Bintang Baturraden. Pegiat Paguyuban Masyarakat Pariwisata Baturraden (PMPB), Supriyono menyebutkan, dari tradisi masyarakat, gunungan yang diarak terdiri dari pala kependhem (umbi-umbian), pala kesimpar yaitu sayur dan buah yang tumbuh di atas tanah dan pala gumantung yaitu jenis buah dan sayur yang menggantung di pohonnya. "Gunungan merupakan wujud syukur dari pelaku wisata dan masyarakat dari desa penyangga Baturraden atas hasil panen yang melimpah," katanya. Setiap prosesi ngalap berkah, buah dan sayur yang didapat pada saat rebutan akan dibawa pulang untuk dikonsumsi. Sedangkan biji atau benih, akan ditanam di ladang. Biji itu ditanam kembali karena dipercaya dapat menghasilkan biji dan benih yang terbaik, terbebas dari serangan dan hama. "Karena semuanya didoakan bersama-sama," ujarnya. Kepala Dinporabudpar Banyumas, Asis Kusumandani mengatakan evaluasi perlu dilakukan agar kemasan acara pendukung lebih menarik. "Seperti tata urutan acara juga perlu diperbaiki," katanya. Bupati Banyumas Ir Achmad Husein disela-sela kunjungannya, mengungkapkan bahwa agenda tersebut termasuk nguri uri budaya lokal yang sudah dijalankan secara turun temurun. Dalam rangkaian acara tersebut juga dilakukan larung sesaji sekaligus melepasliarkan ikan. "Tadi memberi makan ikan melalui larungan hasil bumi, lalu kita juga melepaskan ikan. Biar lingkungan tetap terjaga. Masyarakat jadi tambah gizi kalau mancing di bawah," katanya. Menurut Husein, acara tersebut juga wujud rasa syukur kepada yang memberi rejeki, sekaligus wujud kebersamaan dan gotong royong. Toleransi satu sama lain juga terlihat jelas pada acara ini. "Acara ini milik masyarakat kita hanya mensuport saja. Kalau anggapannya acara ini monoton dan perlu ada perubahan perlu dirundingkan dulu. Ini kan kearifan lokal. Masyarakat yang menyelenggarakan, kita hanya memfasilitasi," tandasnya. (mhd/acd)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: