Sampah di Pasar Kuliner Mulai Menumpuk

Sampah di Pasar Kuliner Mulai Menumpuk

Masalah sampah tak kunjung usai. KEMUNING/RADARMAS PURWOKERTO-Persoalan sampah kembali muncul. Di Pasar Pratistha Harsa, yang notabene sebagai tempat kuliner favorit warga kota Purwokerto, pedagang dan pembeli harus siap-siap menutup hidung. Sebab, selama kurang lebih dua minggu, sampah dibiarkan menumpuk. Selain mengganggu pemandangan, sampah-sampah tersebut mengeluarkan bau tak sedap. Bau sampah bukan hanya tercium di sekitar tumpukan saja, tetapi sampai di tempat pedagang berjualan dan tempat duduk pengunjung. Aning penjual seblak di Pasar mengatakan, sampah yang menumpuk sangat mengganggu. "Bau, ada pencemaran juga. Banyak lalat, kan tidak baik untuk kesehatan," katanya. Untuk itu, saat berjualan ia selalu menutup rapat dagangannya dengan kaca. Hal ini sebagai antisipasi lalat terbang dan hinggap di makanan. Ia berharap, sampah segera diambil secara rutin setiap hari. Hal serupa disampaikan penjual Soto Ayam Kampung, Ma'an. Berdasarkan informasi yang ia peroleh dari berbagai pihak, tempat pembuangan yang biasanya menjadi tujuan tukang sampah, tidak lagi dibuka. "Katanya tidak boleh lagi membuang sampah di tempat pembuangan yang biasanya," katanya. Menurutnya, sampah yang menumpuk sangat mengganggu aktivitas di pasar. Terlebih tumpukan sampah berada tidak jauh dari tempat cuci piring dan tempat makan pengunjung. Ia mengaku sering mendapat komplain dari pembeli akibat sampah. "Terutama komplain bau sampah. Saya hanya bisa jawab, 'iya ini belum diambil'," tuturnya. Ia menjelaskan, sampah yang menumpuk bukan hanya sampah dari pasar. Tetapi, kata dia, warga sekitar juga banyak yang membuang sampah di pasar. "Tidak ada yang melihat kapan membuangnya. Dan sampah juga tidak ada yang ngurusin," ungkapnya. Ia berharap, lokasi pasar kembali bersih. Termasuk sampah yang telah menumpuk dapat segera dibersihkan. Kepala Bidang Pertamanan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Banyumas, Ngadimin, saat ditemui di kantornya Senin (21/1) mengatakan, berdasarkan SE Bupati, sampah dikelola Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Ia menjelaskan, di setiap Kelurahan seharusnya memiliki KSM yang mengelola sampah di wilayahnya. "Jadi KSM nanti mendata RT mana saja yang akan mendaftar dikelola KSM. Terus berdasarkan keaepakatan tentukan titik kumpul (sampah) nya," kata Ngadimin. Dari titik kumpul itulah, nanti petigas DLH melalui KSM Hanggar akan mengambil sampah untuk dibuang ke Tempat Pembuanan Akhir (TPA). Karena Pasar Pratista Harsa ada di wilayah Purwokerto Timur, kata dia, maka pendaftarannya di KSM Kedungrandu. Oleh karena itu, penglola pasar ataupun Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dinperindag) harus menganggarkan untuk membayar ke KSM. "Tapi bagi masyarakat yang mampu mengelola sampah sendiri, itu lebih baik," ujarnya. Mengelola sampah sendiri bisa dilakukan dengan membuat lubang sampah di wilayahnya. Sebelumnya, lanjut Ngadimin, pembuangan sampah dilakukan secara langsung. Yaitu KSM Hanggar langsung mengangkut sampah yang ada di setiap RT. Cara ini menurutnya dapat menyisakan sampah, atau ada sampah yang tidak terangkut. "Kalau tidak ditentukan titik kumpul, petugas bisa saja tidak melihat ada sampah di beberapa lokasi," jelasnya. Dengan ketentuan baru ini diharapkan sampah dapat terangkut semua. "Dengan cara ini diharapkan lebih efektif," katanya. Meski melalui KSM di setiap Kelurahan, Ngadimin mengungkapkan, pihaknya memiliki tim sapu jagad. Tim inilah yang akan mengambil sampah. "Tapi saat ini (kemarin, red) belum ada laporan dari sana (Prastista Harsa)," kata dia. Ketentuan pembuangan sampah melalui KSM si setiap Keluarahan ini akan resmi berlaku pada bulan Februari 2019 mendatang. (ing)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: