65 Difabel Antusias Mengikuti Simulasi Pencoblosan

65 Difabel Antusias Mengikuti Simulasi Pencoblosan

Sosialisasi Disertai Penerjemah Bahasa Isyarat PURWOKERTO- Semakin mendekati waktu pemilihan kepala daerah (Pilkada), Kamis (3/5) kemarin, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Banyumas mengundang 65 penyandang disabilitas untuk mengikuti simulasi pencoblosan. Dalam kegiatan tersebut terlihat peserta yang hadir antusias mengikuti simulasi. Setiap tahap pencoblosan atau penggunaan hak pilih diikuti dan diperhatikan secara mendetail. Beberapa orang berperan sebagai KPPS dan pendamping. Simulasi dimulai dari pemilih memasuki TPS, mendaftar, menerima surat suara, menggunakan hak pilihnya, memasukan kedalam dua kotak suara yakni kotak suara Pilbup dan Pilgub, dan diakhiri dengan pencelupan jari kedalam tinta sebagai tanda telah mencoblos. Selain dimulasi pencoblosan, KPU juga mengadakan sosialisasi terkait Pilkada 2018, dengan menghadirkan penerjemah atau juru bahasa isyarat. Juru bahasa isyarat tersebut menjelaskan setiap kata yang diucapkan pemateri ataupun peserta lain, kepada penyandang tuna rungu atau tuli. "Informasi bisa saya terima dengan baik karena ada penerjemah dalam bahasa isyarat," ujar Ketua Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin) Kabupaten Banyumas, Rita Marningsih, melalui penerjemah. Ia juga merasa sangat terbantu dalam mendapatkan informasi, dengan adanya selebaran tertulis yang dibagikan, serta tulisan dalam layar projektor. "Kalau tidak ada, saya tidak tahu apa yang dibicarakan," tambahnya. Ia mengaku menjadi mengetahui berbagai informasi tentang KPU, bagaimana tatacara mencoblos, dan calon-calon dalam Pilkada, baik Pilbup maupun Pilgub, beserta visi dan misinya. "Ini adalah kegiatan yang bagis dan saya senang sekali," katanya. Komisioner KPU Kabupaten Banyumas, Ikhda Aniroh menjelaskan, kegiatan ini diharapkan dapat memberi informasi kepada kaum disabilitas tentang jenis pelayanan KPU yang dapat dimanfaatkan pada saat pemilihan. Dengan adanya kegiatan ini, KPU juga akan mendapat masukan dari peserta yang hadir. Masukan inilah yang akan dijadikan feed back KPU untuk memperbaiki kekurangan. "Ini untuk memaksimalkan pelayanan kepada kaum difabel," katanya. Dalam simulasi, setiap difabel yang membutuhkan bantuan akan dibantu oleh orang kepercayaan atau KPPS. Ikhda menjelaskan, pemilihan pendamping ini ditentukan sendiri oleh penyandang difabel. "Tergantung nyamannya mereka didampingi oleh siapa," katanya. Prinsipnya, kata dia, pendamping harus mengisi formulir C3 untuk pernyataan akan merahasiakan calon yang dipilih. Salah satu fasilitas yang disediakan KPU untuk kaum difabel adalah template. Template ini dapat digunakan oleh penyandang tuna netra dalam mencoblos. "Template ini akan ada di setiap TPS, sebenarnya kita ada data TPS yang memiliki penyandang tuna netra," ujarnya. Akan tetapi, pihaknya tidak dapat memprediksikan adanya pemilih TPS lain, pemilih pindahan, dan pemilih tambahan penyandang tuna netra, sehingga template disediakan di setiap TPS. Ikhda mengatakan, tidak semua tuna netra dapat membaca huruf braille. Untuk mengatasi maslah ini, kata Ikhda, pemilihan akan dilakukan melalui pendampingan. Ikhda juga menjelaskan, lokasi TPS harus dibuat sedatar mingkin agar akses pemilih tuna daksa dapat masuk ke TPS. "TPS tidak berada di tempat yang tinggi atau berundak, tidak berpasir dan berumput yang dapat menyulitkan tuna daksa," tegasnya. Ia mengatakan, ketentuan ini berlaku bagi semua TPS, kecuali TPS yang sudah pasti tidak ada pemilih penyandang disabilitas. (ing)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: