Non Tunai Smart City Belum Optimal

Non Tunai Smart City Belum Optimal

Pembeli dan Pedagang Harus Dievaluasi PURWOKERTO- Sistem pembayaran non tunai yang diterapkan Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Purwokerto di Pasar Manis dengan mengusung konsep Smart Tradisional Market, masih belum mendapat respon baik. Smart City yang memberi pilihan cara pembayaran pada konsumen dengan menggunakan kartu debit juga belum optimal. Deputi Kepala BI Kantor Perwakilan Purwokerto, Fadhil Nugroho mengatakan, mesin Electronic Data Capture (EDC) yg diletakkan di beberapa lapak tidak optimal pemanfaatannya. Hal itu dikarenakan beberapa faktor. "Bisa dari sisi pedagang maupun konsumen," katanya. TUNJUKAN : Pedagang di Pasar Manis menunjukan alat pembayaran non tunai yang kini makin menurun penggunaannya kemarin (12/10) di Pasar Manis. (LAILY MEDIA YULIANA/RADAR BANYUMAS) Dari sisi konsumen, sebagian besar yang datang belanja ke Pasar Manis Purwokerto lebih memilih belanja secara tunai. Dan kebanyakan dari pembeli tidak membawa kartu debit. "Karena yang belanja di pasar umumnya bernilai kecil, dengan nominal tidak lebih dari Rp 100 ribu, sehingga lebih praktis membayar secara tunai," ujar Fadhil. Sedangkan dari sisi pedagang, Fadhil menyampaikan, masih cukup banyak yang menganggap pembayaran dengan kartu debit cukup rumit dan menyulitkan. Selain itu, banyak yang merupakan pedagang kecil lebih mengharapkan menerima uang tunai. Sebab, dapat segera dibelanjakan pada hari itu juga. Setelah berjualan, pedagang membeli barang dagangan kembali dari modal yang sudah diterimanya. "Kadang juga ingin membeli kebutuhan yang lain," tuturnya. Fadhil pun menambahkan, dari sisi IT agar perlu ditingkatkan kehandalannya, terutama dalam hal kedepatan konektivitasnya. Terkait hal tersebut, BI akan mengkaji lebih dalam mengenai faktor-faktor yang menyebabkan kurang berhasilnya penerapan nontunai di Pasar Manis Purwokerto. Pedagang Sayuran di pasar Manis Purwokerto yang menggunakan EDC, Arsitin mengaku sudah jarang menerima pembeli yang membayar dengan kartu debit. Sesba, beberapa pembeli melakukan transaksi dengan nominal sedikit. "Nanggung kalau belanja Rp 10 ribu, bayar pakai nontunai," Di samping itu, Arsitin juga mengeluhkan untuk pengisian saldo untuk kartu debit pembeli yang digunakan, dalam hal ini yaitu kartu BRIZZI. Sebab, sering harus menunggu. Sementara itu, Funding Officer BRI Kantor Cabang Purwokerto, Rani Widaningrum mengatakan, mesin EDC yang dibagikan di Pasar Manis Purwokerto saat launching program transaksi non tunai (SiNona) akhir tahun kemarin, sebanyak 20 unit. Namun, hingga Kamis (12/10) yang masih menggunakannya hanya 11 pedagang. "Masih ada beberapa hal yang harus dievaluasi," kata Rani. Menurutnya, untuk transaksi non tunai di wilayah Purwokerto dapat dikatakan meningkat dibandingkan tahun lalu. Hal itu terlihat dari meningkatnya permintaan kartu BRIZZI. Dan pada September tahun ini, permintaannya mencapai lima ratus kartu. (ely)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: