Di Balik Kesuksesan Jaya Kencana Angels Menjuarai Turnamen Futsal Putri Asia Tenggara

Di Balik Kesuksesan Jaya Kencana Angels Menjuarai Turnamen Futsal Putri Asia Tenggara

Jaya Kencana Angels digembleng pada pagi dan sore sembari berpuasa Ramadan. Di kejuaraan Asia tahun depan, mereka tak mau sekadar berpartisipasi. Maulina Novryliani mengambil napas dalam-dalam. Jari-jari kedua tangannya terkepal. Matanya juga menatap tajam ke depan. Berupaya keras mematahkan gugup, cemas, serta waswas. Sebab, dialah penendang pertama dalam adu penalti babak final yang menegangkan itu. Kalau dia sampai gagal, mental rekan-rekannya bisa runtuh. Apalagi, Jaya Kencana Angels (JKA), tim yang dikapteninya, sebenarnya sudah di ambang juara pada waktu normal sebelum lawan, Khon Kaen FC, menyamakan kedudukan menjadi 2-2 pada detik-detik terakhir. futsal-indonesai-di-asia-tenggara TUNJUKAN PIALA: Jaya Kencana Angels menunjukan piala kejuaraan yang diraihnya Waktu seperti berhenti berputar. Maulina berancang-ancang. Satu, dua, tiga, bola pun ditendang keras...dan gol! "Plong sekali rasanya," kenang Maulina tentang eksekusi penaltinya pada final AFF (ASEAN Football Federation) Futsal Championship Divisi Putri di Nay Pyi Daw, Myanmar, pada Sabtu lalu (16/7) itu. Keberhasilan Maulina melesakkan bola ke gawang Khon Kaen yang dikawal Panipa Juijaroen itu langsung memompa konfidensi rekan-rekannya. JKA akhirnya memenangi adu penalti di Sport Complex Indoor Stadium tersebut 5-4 dan menggondol gelar kampiun futsal putri se-Asia Tenggara. "Bangga sekali rasanya,” kata Maulina yang sehari-hari berprofesi guru di SMA 8 Tangerang Selatan dan SMK Bina Bangsa Cileduk, Jakarta Selatan. Di tengah kondisi persepakbolaan tanah air yang lebih diramaikan konflik ketimbang prestasi, raihan klub asal Tangerang Selatan tersebut pun seperti menjadi pelepas dahaga. Apalagi, titel dari turnamen yang baru kali kedua dihelat itu direbut di negeri orang. Juga, di tengah minimnya perhatian. "Ini hasil kerja keras dan pengorbanan kami semua," kata Maulina. Jalan tim asuhan Andre Picessa itu menuju gelar memang bisa dibilang terjal. Tak hanya harus mempersiapkan diri saat mayoritas dari ke-14 anggota tim tengah berpuasa Ramadan. Waktu persiapan mereka juga tergolong mepet. JKA baru memastikan tiket ke kejuaraan tersebut pada 5 Juni. Sebab, mereka berhasil menjuarai Pro Women Futsal League 2016 dengan mengalahkan UPI Bandung di final. Sehari kemudian, mereka mulai libur selama sepekan karena bertepatan dengan awal puasa.Hebatnya, selama puasa, program latihan yang mereka jalani tidak pada malam hari. Melainkan pagi dan sore, saat mayoritas pemain sedang menjalani ibadah puasa. Jelas sangat menantang secara fisik. Apalagi, lawan sparing yang mereka hadapi selama persiapan adalah tim futsal pria. Maulina mengenang, tak ada satu pun rekannya yang mengeluh. "Karena bagi kami, ini seperti jihad. Membawa nama negara," kata perempuan 29 tahun itu. Jadilah, tidak ada pemain yang malas-malasan sepanjang persiapan. Semua berlatih dengan motivasi tinggi. Kalaupun ada yang kondisinya drop, mereka diizinkan minum atau makan. "Tapi, alhamdulillah saya sendiri tidak bolong puasa sampai selesai," terangnya. Kelompok putri pada ajang di Myanmar itu diikuti lima tim dari empat negara. Selain JKA dari Indonesia dan Khon Kaen FC dari Thailand, ada Bangkok Futsal Team (Thailand), WFC (Myanmar), dan Thai Son Nam (Vietnam). Performa JKA memang sudah meyakinkan sejak fase pertama yang menggunakan format round robin alias kelima tim saling bertemu. Tiga laga berhasil dimenangi JKA dan hanya kalah sekali dari Thai Son Nam 1-3. Klub yang didirikan pada 2009 itu pun memuncaki klasemen dengan 9 poin, melesakkan 16 gol, serta kebobolan 8 kali. Khon Kaen berada di tempat kedua dengan poin sama, tapi kalah selisih gol. Kedua tim teratas itu pun berhak berduel di final. Dalam drama adu penalti yang berlangsung menegangkan, di lima penendang pertama, eksekutor kedua masing-masing tim gagal: Susi Susanti (JKA) dan Jiraprapa Tupsuri (Khon Kaen). Penentuan akhirnya terjadi pada penendang keenam. Begitu Anggi Puspita Sari dari JKA sukses menjalankan tugas, beban pun otomatis dirasakan Pacharaporn Srimuang, eksekutor Khon Kaen. Benar saja. Tembakannya akhirnya berhasil diblok Citra Adisti, kiper JKA. JKA juara, yang sayangnya gagal diikuti wakil Indonesia di bagian putra, Black Steel, yang hanya menduduki posisi keempat. "Tak sia-sia saya absen tiga bulan dari kantor. Bisa juara di Indonesia dan Asia Tenggara," kata Citra yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Kantor Inspektorat Pemerintah Kota Tangerang Selatan. Citra berterima kasih sekali kepada pimpinan di kantornya yang telah memberi kelonggaran agar dirinya bisa fokus di futsal. "Mulai sejak persiapan untuk turnamen di dalam negeri sampai dengan di Myanmar ini," katanya. Pemain-pemain JKA memang memiliki latar belakang berbeda-beda. Ada yang guru, PNS, atau mahasiswa. Rata-rata mereka berdomisili di Pamulang, Tangerang Selatan. Adalah pasangan suami istri Eddy Sarwono-Novianti yang mendirikan JKA pada 2009. "Saya dan suami mendirikan tim ini saat mulai berbisnis penyewaan lapangan futsal di Tangerang Selatan," kata Novianti. Para penggawa JKA dahulu adalah pemain sepak bola. Mereka berpindah futsal karena menganggap varian sepak bola itu berkembang sangat pesat dan lebih menjanjikan. "Apalagi, futsal kan olahraga indoor. Jadi, tidak mengganggu warna kulit hehehe," kata Anggi. Selain bermateri para penggawa yang membawa mereka juara Indonesia, JKA berangkat ke Myanmar dengan meminjam tiga pemain dari UPI Bandung: Novita Murni, Fitri Rosdiana, dan Tia Darti Septiawati. Percampuran itu toh tak mengurangi kekompakan. Semua pemain membaur, menghadapi suka-duka bersama. Termasuk saat sama-sama "terisolasi" di hotel di Nay Pyi Daw yang jauh dari mana-mana. "Nyari makanan cepat saji saja susahnya minta ampun. Pusat keramaian berkilo-kilometer jauhnya dari hotel," kata Citra. Tapi, keterisolasian itu mendatangkan berkah. Karena hanya bisa mengurung diri di kamar, para pemain bisa beristirahat secara maksimal. Kebugaran tersebut sangat penting karena dalam kurun enam hari, mereka mesti bertanding lima kali. The winning team di Myanmar itu pun akan dipertahankan untuk Pro Women Futsal League musim baru. Tujuannya, mereka semakin matang. Sebab, target selanjutnya adalah tak sekadar berpartisipasi di kejuaraan Asia tahun depan. Tapi, berprestasi. "Kami akan bernegosiasi dengan manajemen UPI agar tiga pemain mereka bisa tetap membela JKA," kata Andre. (SIDIK M. TUALEKA,/c10/ttg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: