Batinnya Tidak Nyaman dan Ingin Kembali kepada Kodratnya

Batinnya Tidak Nyaman dan Ingin Kembali kepada Kodratnya

SUDAH BERUBAH : Fatkhurohim kini hidup lebih damai dan tentram setelah keluar dari masa lalunya yang dilalui selama 20 tahun. (LAELY/RADARMAS) Fatkhurohim Taubat Setelah 20 Tahun Hidup Sebagai Waria Menjadi waria atau pria yang berperilaku seperti wanita dalam kehidupan sehari-hari, dilakoni Fatkhurohim selama 20 tahun. Namun semakin lama batinnya semakin tidak nyaman, dan ingin keluar dari perannya yang menyalahi kodrat. Hingga akhirnya, Allah SWT menuntunnya menemukan jalan untuk bertaubat. LAILY MEDIA Y, Purwokerto Tidak ada yang berbeda dengan penampilan Fatkhurohim saat dijumpai Radarmas beberapa waktu lalu. Tampilan sederhana dengan atasan kaos oblong dan celana pendek. Dengan tenang dia menceritakan masa lalunya yang berkecimpung dalam komunitas waria. "Sebenarnya saya tidak ingin mengingat dan mengulang pengalaman hidup saya, sudah saya tutup rapat," ujarnya memulai cerita. Namun pada Radarmas, dia menceritakan pengalamannya itu. Ditujukan agar menjadi pembelajaran dan jangan sampai ada yang terjerumus. Fatkhurohim mengatakan, dia bukan warga asli Banyumas. Hidupnya sampai sekarang sebatang kara, tidak ada orang tua dan saudara kandung. Pada usia 17 tahun, dia mulai merasa ada perbedaan dengan dengan teman-teman laki-laki seusianya. "Merasa feminin dan tingkah laku saya lemah lembut tanpa dibuat-dibuat," katanya. Kemudian pergaulan membawanya dalam lingkaran yang dirasakannya. Untuk tetap bertahan hidup, Fatkhur mengamen dari satu kota ke kota lain. Pernah di Kebumen, Purbalingga, dan Cilacap. Perjalanannya itu membawa dia menetap di Puwokerto. Sampai akhirnya memutuskan masuk dalam komunitas waria. SUDAH BERUBAH : Fatkhurohim kini hidup lebih damai dan tentram setelah keluar dari masa lalunya yang dilalui selama 20 tahun. (LAELY/RADARMAS) Awalnya Fatkhur merasa nyaman karena memang pembawaan alami yang feminin. Dia masih kerap ngamen kalau siang. Saat malam, mejeng di tempat yang ditentukan bersama rekan-rekan sejenisnya. "Namanya kehidupan malam, kebanyakan untuk hal-hal yang tidak baik. Tapi Alhamdulillah, saya tidak pernah mendapat kekerasan," ujarnya. Pengalaman selama menjadi waria, lama-lama dirasakan Fatkhur rata-rata tidak menyenangkan. Karena tuntutan untuk bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan sehari-hari, dia tetap menjalaninya. Dia menuturkan, karena tidak memiliki keterampilan lain dan tidak selesai mengenyam pendidikan sekolah, mau tidak mau tetap bertahan dalam komunitas tersebut. Meskipun sering dipandang sebelah mata oleh masyarakat, dia tidak mempermasalahkannya. "Saya tidak peduli omongan dan pendangan orang lain, yang penting apa yang saya lakukan tidak merugikan mereka," tuturnya. Sampai pada akhirnya, Fatkhur jenuh menjalankan perannya yang tidak sesuai kodrat. Dalam hati sudah ada niat untuk berhenti dalam lingkaran itu. Namun dia bingung memulai dari mana dan harus bagaimana. SUDAH BERUBAH : Fatkhurohim kini hidup lebih damai dan tentram setelah keluar dari masa lalunya yang dilalui selama 20 tahun. (LAELY/RADARMAS) Niat dan harapan tetap ditanamkan dalam hati. Dia percaya akan ada jalannya menuju kebaikan. Hingga pada suatu hari, setelah dua tahun Fatkhur memiliki niat untuk bertaubat, bertemu Ketua Pusat Studi Dakwah Komunitas (PSDK) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Bayu Kurniawan. Setelah bertemu Bayu, Fatkhur tidak langsung menuju tempat kegiatan PSDK UMP, pada 2000. Akhirnya setelah dua hari dari pertemuannya dengan Bayu, Fatkhur mencoba mendatangi tempat kegiatan PSDK UMP di Kampung Sri Rahayu. "Saya melihat aktivitas positif di PSDK UMP, lalu saya coba bergabung," katanya. Semakin lama, Fatkhur merasa betah. Sebab, tidak hanya mendapat ilmu agama tetapi juga diajari keterampilan menjahit, bikin roti, dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, pria berusia 52 tahun ini juga dibantu dibuatkan KTP. Baginya, tidak ada yang tidak mungkin untuk menjadi pribadi lebih baik. Setelah meninggalkan masa lalunya, Fatkhur kerap mendengar omongan dari teman-teman terdahulunya, tetapi tidak dihiraukan. Dia mengharapkan, teman-temannya juga bisa memulai hidup lebih baik. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: