Sambangi Jejak Hidup Soekarno di Surabaya Bersama Roodebrug Soerabaia, Dari Tempat Dilahirkan Hingga Saat Inde

Sambangi Jejak Hidup Soekarno di Surabaya Bersama Roodebrug Soerabaia, Dari Tempat Dilahirkan Hingga Saat Inde

JEJAK PROKLAMATOR: Peserta tur "Napak Tilas Jejak Soekarno di Surabaya" saat berada di SDN Alun-Alun Contong 1 Surabaya (19/12). (AZAMI RAMADHAN/JAWA POS) Roodebrug Soerabaia mengajak berkunjung ke lima tempat di Surabaya yang menjadi saksi kelahiran dan pertumbuhan Soekarno muda. Agenda itu bakal rutin dihelat dengan tema dan tempat berbeda-beda. AZAMI RAMADHAN, Surabaya ARISKA Dewi begitu saksama mendengarkan penjelasan tentang Koesno muda. Sesekali pandangannya tertuju pada catatan yang ditulis di ponsel miliknya. Dia mencatat berbagai hal yang menurutnya menarik di hampir setiap tempat di Surabaya yang dikunjungi. Mulai Hogere Burgerschool (HBS) yang kini menjadi Kantor Pos Kebon Rojo, SDN Alun-Alun Contong 1, tempat kelahiran Koesno di Jalan Pandean IV, Rumah Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto di Jalan Peneleh, hingga Gedung Nasional Indonesia. "Sebenarnya dulu pernah ke sini, ke Peneleh. Tapi, beda, sekarang ada pemerhati sejarahnya," kata guru pariwisata SMKN 6 Surabaya itu di sela mengikuti tur Napak Tilas Jejak Soekarno di Surabaya pada Minggu (19/12) yang juga diikuti Jawa Pos (Radar Banyumas Grup). Koesno Sosrodihardjo adalah nama lahir Soekarno, proklamator sekaligus presiden pertama Indonesia. Putra Sang Fajar, demikian dia dijuluki, merupakan putra pasangan Soekemi Sosrodihardjo dengan Nyoman Rai Srimben. Dia lahir di Jalan Pandean IV, sebuah gang di Peneleh, Kecamatan Genteng, Surabaya, pada 6 Juni 1901. "Lokasi kelahiran dipercaya kuat di Pandean. Tempat kelahirannya ada kaitan erat dengan ayahnya, Soekemi, yang saat itu bertugas mengajar di Hollandsch Indische School (HIS, sekolah setingkat SD, Red)," terang Rintahani Johan Pradana atau yang kerap disapa Joe Pradana, penulis buku Rumah Guru Bangsa, yang menjadi instruktur dan pemateri tur ketika berada di halaman Kantor Pos Kebon Rojo. Joe menyebut Soekarno muda saat itu tumbuh sebagaimana anak muda pada umumnya. Pemikiran dan ideologi nasionalismenya semakin kuat bertumbuh sejak bersekolah di HBS. Soekarno aktif dalam Studie Club, semacam lembaga ekstrakurikuler, dan aktif memperbincangkan cita-cita dan gagasan. Soekarno, kata Joe, sering maju berpidato dan unjuk kebolehan. Mengulas nasionalisme dan pentingnya arti sebuah kemerdekaan. "Kalau berdasar catatan di buku Penyambung Lidah Rakyat, Soekarno juga pelukis cat air yang cukup hebat. Pelajaran seni, sastra, dan melukis merupakan pelajaran yang digemarinya," katanya. Merujuk pada buku Soerabaia Tempo Doeloe jilid I karya Dukut Imam Widodo, HBS (sekolah lanjutan tingkat pertama untuk orang Belanda, Eropa, Tionghoa, dan rakyat Indonesia yang terpandang) pada 1881–1923 menempati sebuah bangunan di Regentstraat di bekas dalem Kadipaten Surabaya. Persisnya berhadapan dengan Kebon Rojo yang dulu disebut taman kota atau stadstuin. "Nah, pada 1923 itu HBS pindah ke gedung baru di Ketabang," jelasnya. Setelah berkeliling melihat bekas HBS, rombongan bergerak menuju SDN Sulung atau yang kini dikenal sebagai SDN Alun-Alun Contong 1. Sekolah tersebut juga menjadi saksi bisu ayah Soekarno yang pernah mengajar selama tiga tahun di sana. Sebelum pindah tugas mengajar di Ploso, Jombang. Rombongan selanjutnya singgah melihat rumah yang menjadi tempat lahirnya Soekarno di Pandean IV. Tak berselang lama, kereta kelinci yang membawa 30-an peserta tur bergerak menuju Peneleh, rumah yang ditinggali Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, sebuah tempat yang disebut "Dapur Nasionalisme" oleh Soekarno. Di rumah itulah, kata Joe, Soekarno bertemu dengan banyak tokoh yang nanti menjadi penggerak perlawanan terhadap kolonialisme. Soekarno muda belajar banyak dan meneladani sosok Tjokroaminoto yang lekat dengan julukan guru bangsa. "Dia belajar dengan Tjokroaminoto, dengan KH Ahmad Dahlan. Bahkan secara tidak langsung belajar dengan Tan Malaka di rumah ini," ungkapnya. "Tapi, tidak menyebut sebagai Tan Malaka, melainkan pakai nama samaran, Husein," lanjutnya. Soekarno juga bertemu dan belajar bersama tokoh-tokoh lain yang saat itu indekos di kediaman Tjokroaminoto. Baik yang kelak bergerak di sisi 'kiri' maupun 'kanan' seperti Alimin, Musso, Semaun, dan Kartosuwiryo. Termasuk bertemu dengan istri pertamanya yang juga putri pertama Tjokroaminoto, Siti Oetari. "Belajarnya banyak, termasuk nasionalisme, pan-Islamisme, dan sosialis demokrat," jelasnya saat berada di bekas kediaman Tjokroaminoto di Jalan Peneleh. Gedung Nasional Indonesia (GNI) di Jalan Bubutan merupakan saksi hidup saat pada Desember 1932, setelah bebas dari Penjara Sukamiskin, Bandung, Soekarno datang bersama Inggit Garnasih, istrinya ketika itu. Tujuannya, menghadiri Kongres Indonesia Raya. Dalam kongres yang dibuka dr Soetomo tersebut, Soekarno berpidato soal urgensi persatuan dalam perjuangan rakyat Indonesia. Gaung persatuan itu menggema seantero tanah air, khususnya Surabaya. Menurut Joe, Surabaya penuh sesak kala itu seiring dengan hadirnya ribuan orang untuk mendengarkan pidato Soekarno. https://radarbanyumas.co.id/dr-r-moehiman-dibuat-nama-jalan-ahli-waris-kami-merasa-terhormat/ "Inggit Garnasih menyebut, mendekam di penjara tak membuat suaminya berubah dan takut. Justru menjadi pelecut melancarkan kritik kepada pemerintah kolonial Belanda," tuturnya. Wakil Koordinator Roodebrug Soerabaia Satrio Sudarso menjelaskan, tema Soekarno dipilih untuk membangkitkan kesadaran kesejarahan bahwa sang proklamator juga identik dengan Surabaya. "Event ini juga sebagai bentuk dukungan kepada SDN Alun-Alun Contong 1 yang akan dijadikan sekolah artefak," jelasnya. Dia mengungkapkan, event serupa akan rutin diselenggarakan sebulan sekali dengan tema dan tempat yang berbeda. "Masih banyak lokasi di Surabaya yang bisa dieksplorasi. Khususnya tempat-tempat bersejarah," katanya. Ariska sepakat dengan Satrio. "Bisa jadi alternatif untuk berwisata. Setidaknya sambil menyelam minum air dan jasmerah seperti kata Soekarno. Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah," jelasnya. (jpc)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: