Rumah Sedekah Rongsok dan Jelantah di Purwokerto Bantu Warga Terdampak dari Hasil Penjualan

Rumah Sedekah Rongsok dan Jelantah di Purwokerto Bantu Warga Terdampak dari Hasil Penjualan

CEK: Ketua RW 5 Kelurahan Karangklesem, Purwokerto mengecek "jelantah" atau minyak goreng bekas di gudang penyimpanan, Kamis (9/9). DIMAS PRABOWO/RADAR BANYUMAS Ide-ide kreatif sangatlah dibutuhkan dalam situasi pandemi begini, terlebih apabila itu berdampak bagi masyarakat luas. Bahkan hal yang remeh sekalipun dapat menjadi berkah jika dikelola dengan baik. Termasuk soal sampah atau limbah. https://radarbanyumas.co.id/mahasiswa-unsoed-sulap-minyak-jelantah-jadi-pengharum-ruangan/ M. MAHDI SULISTYADI, Purwokerto Hal itu yang terjadi di RW 5 Kelurahan Karangklesem. Di lingkungan tersebut terbentuklah Rumah Sedekah Rongsok dan Jelantah. Ketua RW setempat, Sidiq Fatoni atau yang kerap disapa Toni, mengatakan kegiatan sedekah rongsok dan jelantah ini telah berjalan sejak awal pandemi masuk di Banyumas, terutama kota Purwokerto. "Kira-kira sejak bulan Mei 2020," katanya. Kegiatan ini tergerak karena melihat lingkungan sekitar yang terdampak. Nyatanya, pandemi tidak hanya mengincar satu dua sektor saja. "Awalnya saat covid masuk di Banyumas, saya melihat masyarakat sangat terdampak. Bantuan pun belum merata," ujarnya. Dari situlah timbul pemikiran upaya dalam membantu masyarakat namun dengan kegiatan yang tidak membebani masyarakat. "Lalu kita buat tim. Motornya ibu-ibu PKK. Kita buat konsep sedekah jlantah, sedekah rongsok, kotak, incidental, dan rutin. Ada lima sumber. Harapannya dengan ini ada pemasukan," katanya. Rupanya ide ini disambut baik warga sekitar. Upaya pengumpulan jlantah ini pun cukup mudah. Yaitu melalui dawis dan ibu-ibu RT. "Kalau rongsok, kita siapkan kandi. Bisa ke warung-warung. Satu RT bisa 6-7 titik. Setiap 2 minggu kita ambil. Biasanya sekali ambil bisa 15-20 kandi," kata dia. https://radarbanyumas.co.id/hilang-satu-muncul-yang-baru-mural-kritikan-tak-ada-habisnya-di-kota-purwokerto/ Ia katakan, saat awal-awal merintis, dalam satu bulan bisa mengumpulkan hingga empat jligen. Namun kini, bisa dua kali lipatnya. "Sekarang satu jligen bisa diharga Rp 100.000. Jadi kalau 8 jligen ya Rp 800.000. Sedangkan kalau rongsok bisa sampai Rp 1 juta," katanya. Menjualnya pun sangat mudah. Hanya langsung telpon saja, pembeli pun datang. Hasil dari penjualan itu, lanjut dia, akan diputar untuk membantu masyarakat. Tak tanggung-tanggung, dari awal hingga kini bisa mencapai Rp 50 juta. "Itu dibagi untuk 393 penerima manfaat atau KK. Tentu prioritas yang belum dapat bantuan Pemerintah. Juga yang terdampak, misal yang sebelumnya bisa dagang di sekolah jadi tidak bisa," kata dia. Untuk nominal bantuan, beragam. Misal untuk lansia bisa mencapai Rp 150 ribu yang dibagikan dalam bentuk sembako dan uang tunai. "Ada juga untuk kecelakaan Rp 200 ribu. Juga untuk pendidikan bagi mereka yang tidak mampu. Misal itu kita kasih uang, nanti dimanfaatkan untuk keperluan mendukung sekolah, minimal Rp 200 ribu," tuturnya. Ada juga bagi yang terpapar covid-19. Kalau untuk kategori ini, Ia katakan semua menerima Rp 200 ribu. (mhd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: