Prancis vs Jerman-Menyelamatkan Memori 12 Tahun

Prancis vs Jerman-Menyelamatkan Memori 12 Tahun

SAINT-DENIS - "Terhempas atau Tuntas," begitu judul berita utama media yang bermarkas di Berlin, Welt, kemarin WIB (15/10). Ya masa depan Joachim Loew sebagai der trainer di timnas Jerman makin kencang digoyang mundur. Apalagi jika kembali menelan kekalahan saat Jerman menantang Prancis di Stade de France, Saint-Denis, dalam Matchday 3 Grup 1 League A UEFA Nations League, dini hari nanti WIB. Kalah berarti Die Mannschaft terancam terdegradasi ke League B. Tidak cuma itu, enam kekalahan dalam setahun juga bakal menjadi periode terburuk juara dunia empat kali itu. "Kami sudah memahami situasi yang kami hadapi. Kami harus bicara," harap penjaga gawang Jerman, Manuel Neuer, dikutip Sports 1. Apalagi, Les Bleus sudah bukan lagi lawan yang bisa ditaklukkan Jerman setelah victory di perempat final Piala Dunia 2014. Empat pertemuan terakhir, dua kali Jerman jadi pecundang. Dalam pertemuan pertama di Nations League, 7 September lalu, kedua tim main imbang 1-1, di Allianz Arena, Muenchen. "Ini bukan hanya laga penting bagi Jogi (sapaan akrab Loew). Ini juga laga yang penting bagi generasi kami," lanjut kiper sekaligus kapten tim Jerman itu. Manu pemain dari skuad saat ini yang paling lama jadi pemain pilihan Loew. Manu pun juga dianggap salah satu handicap di skuad Loew kali ini. Termasuk bek Mats Hummels dan gelandang Toni Kroos. Tantangan di Stade de France bukan hanya label Hugo Lloris dkk sebagai juara bertahan Piala Dunia. Prancis pun datang dengan starting eleven lebih muda, 25,9 tahun. Sementara 26,2 tahun rata-rata usia pemain starter Jerman. Satu tantangan lagi yang dihadapi Jerman setiap kali melawan Prancis, susah mencetak gol. Empat laga terakhir, Jerman hanya mampu mencetak dua gol. Statistik yang sama seperti statistik Neuer dkk yang belum mampu mencetak sebiji gol pun di tiga laga kompetitif terakhir. "Hanya kami sendiri yang bisa mengubah semuanya," sebut gelandang bertahan Jerman, Joshua Kimmich. Tantangan non teknis pun menghantui Jerman. Der Spiegel mengklaim di dressing room Jerman sudah terbelah menjadi dua kelompok. Neuer, Kroos, Hummels, dan Jerome Boateng di kelompok senior. Lalu Kimmich, Julian Draxler dan Timo Werner di kelompok pemain-pemain muda. Perpecahan itu bisa diketahui dari komentar-komentar mereka setelah kekalahan telak 0-3 atas Belanda di Johan Cruyff Arena, Amsterdam (14/10). Loew di situs resmi DFB mengakui, tak mudah membekuk Prancis di Stade de France. Dia pun tak berani banyak berkoar. "Di Paris kami cukup memburu satu angka, lalu membalas kekalahan lawan Belanda di kandang sendiri," ungkap Loew, membeberkan strategi agar terhindar dari ancaman degradasi ke League B. Spox tadi malam WIB menyebut, kekalahan di Saint-Denis takkan berdampak apapun di dalam masa depan tactician 58 tahun itu. Begitu pula yang ditulis di Sport Bild dan Sport 1. Itu makin menegaskan ungkapan Presiden DFB Reinhard Grindel terkait masa depan Loew. "Tidak pada saatnya untuk mencari siapa yang salah. Tapi dalam situasi seperti ini kami menginginkan semua lebih kompak dan tetap bersatu," tutur Grindel, dikutip Deutsche Welle. Prancis bisa mengambil keuntungan dengan pincangnya Jerman. Dengan menang lagi di laga ketiga maka anak asuh Didier Deschamps bisa menyegel tiket lolos ke semifinal."'Mudah? Tidak juga. Mereka (Jerman) itu tim juara yang bermental juara. Saya rasa ini laga yang takkan mudah kami hadapi," sebut Deschamps, dikutip RMC Sport. (ren)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: