Mantap, Gas Rawa di Desa Bantar Wanayasa Banjarnegara Dimanfaatkan untuk Memasak, Disalurkan Sampai 100 Rumah

Mantap, Gas Rawa di Desa Bantar Wanayasa Banjarnegara Dimanfaatkan untuk Memasak, Disalurkan Sampai 100 Rumah

INOVATIF: Kunjungan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Tengah untuk meninjau pemanfaatan gas rawa di Desa Bantar Kecamatan Wanayasa, (29/6). Eko Purwanto untuk Radarmas Warga Desa Bantar Kecamatan Wanayasa tidak perlu risau jika harga gas elpiji naik. Mereka juga tidak perlu repot ke warung, jika gas di dalam tabung habis. Sebab mereka menggunakan gas rawa yang disalurkan ke rumah mereka. DARNO, BANJARNEGARA Desa Bantar merupakan sedikit desa yang memiliki kekayaan gas rawa. Gas ini keluar secara alami dan bisa dimanfaatkan untuk keperluan memasak. Dari empat sumber gas yang ada di desa tersebut, baru satu yang dimanfaatkan. Kepala Desa Bantar Kecamatan Wanayasa Eko Purwanto mengatakan gas rawa dimanfaatkan untuk memasak dengan menyalurkannya ke rumah penduduk. Untuk sementara barudi manfaatkan oleh 100 KK di tiga RT yaitu RT 5, RT 6 dan RW 7. “RT 5 baru sebagian, RT 6 dan RW 7 sudah semua," jelasnya. Penggunaan gas rawa disebut lebih murah tiga kali lipat dibandingkan elpiji subsidi. Warga dikenakan tarif Rp 20 ribu per KK per bulan. “Itu (tarif) untuk biaya token sama perawatan,” terangnya. Menurut dia, satu bulan rata-rata warga mengonsumsi tiga tabung dengan harga Rp 22 ribu per tabung. Selain lebih hemat, warga tidak repot membeli jika kehabisan elpiji. Sumber energi gas alam ini, saat ini dikelola Kelompok Masyarakat Bina Lestari. Jika sudah lancar, nantinya akan dikelola BUMDes. https://radarbanyumas.co.id/melihat-peguyuban-ketua-rt-purbalingga-bikin-program-ronda-ambil-minyak-jelantah-warga-dihargai-rp-4-000-per-liter-di-ekspor-jadi-bahan-bio-diesel/ Gas rawa ini keluar dari dalam tanah secara alami. Baru dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga pada tahun 2020 setelah instalasinya dibangun Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah. Gas muncul secara alami sejak zaman dulu dari dalam tanah dengan debit tetap. INOVATIF: Kunjungan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Tengah untuk meninjau pemanfaatan gas rawa di Desa Bantar Kecamatan Wanayasa, (29/6). Eko Purwanto untuk Radarmas “Untuk yang sudah dimanfaatkan sumber gasnya berada di tanah milik desa,” terangnya. Agar bisa dimanfaatkan untuk memasak di rumah warga, gas dialirkan menggunakan pipa paralon ukuran satu inchi dan tiga perempat inchi. “Kalau yang ke rumah lebih kecil. Kalau untuk saluran utama yang satu inchi," paparnya. Sebelum disalurkan ke rumah pelanggan, gas yang keluar dari dalam tanah disimpan dengan tabung besar. “Gas akan menempati ruang kosong. Kalau malam kan tidak terpakai, maka disimpan di tabung,” jelasnya. Jika ada warga yang menyalakan kompor, gas yang disimpan di dalam tabung akan mengalir untuk dinyalakan. Kompor yang digunakan kompor gas biasa yang ada di pasaran. Agar bisa menjangkau pelanggan terjauh, distribusi gas dibantu kompresor. “Jarak terjauh lebih dari satu kilometer dari sumber gas,” jelasnya. Selain mudah dan lebih hemat, ternyata tingkat keamanannya lebih tinggi karena tekanan gasnya rendah. “Tidak rawan meletus,” terangnya. Kalaupun bocor, tidak khawatir meledak. Karena tekanannya tidak terlalu besar. Selain gas yang sudah dimanfaatkan, masih ada tiga titik sumber gas yang berada di tanah milik warga.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: