Harga Singkong di Banjarnegara Terjun Bebas

Harga Singkong di Banjarnegara Terjun Bebas

BANJARNEGARA – Petani singkong di kecamatan Purwanegara ‘klimpungan’ akibat jatuhnya harga panenan di pasaran. Dari harga sebelumnya berkisar Rp 1200 per kilogramnya kini terjun bebas di angka Rp 500 per kilogramnya. merugi-petani-singkong-di-desa-karanganyar-purwanegara-terpaksa-memanen-hasil-tanamannya-karena-tanah-harus-diolah-kembali Salah satu petani singkong di Desa Kutawuluh Kecamatan Purwanegara Nasirun Edi P menyebutkan sudah sekitar dua minggu sebagaian petani singkong di daerah tempat tinggalnya bingung menjual hasil panenannya. Menurut dia, turunnya harga singkong kali ini merupakan terendah dari sebelumnya. “Harga naik turun itu hal biasa. Namun, bisanya hanya sampai Rp 900 per kilogramnya. sekarang ini benar-benar jatuh harga singkong,” kata dia, Minggu (9/10). Padahal menurut pria yang juga menjabat sebagai Kepada Desa Kutawuluh ini, sebagaian besar petani di daerahnya hanya mengandalkan hasil tanaman singkong. Bahkan, akibat jatuhnya harga, sebagaian petani memilih membiarkan tanaman singkong meski sudah siap panen. Sebab, jika dihitung, biaya operasional petani akan lebih besar dibanding dengan hasil jual tanaman singkong tersebut. Teruatama, kata dia bagi petani yang lokasi kebun singkongnya jauh dari akses jalan, sehingga memperlukan biaya tambahan untuk mengangkut hasil panen. “Kalau kita bisa memangkas biaya operasional, paling petani hanya bisa meraup untung Rp 200 per kilogramnya, itupun yang lokasi tanamannya dekat dengan jalan,” ungkap Edi. Menurutnya, merosotnya harga singkong ini selain dipengaruhi cuaca, juga karena banyak pabrik-pabrik yang mengolah hasil singkong tutup. Ia menyebutkan, sedikitnya ada empat pabrik yang mengolah hasil singkong di daerah eks karisidenan Banyumas tutup. “Sehingga sekarang barang banyak, tetapi yang membutuhkan sedikit. Makanya harganya terus jatuh,” keluhnya. Dia beraharap agar ada upaya dari pemerintah kabupaten untuk menangani persoalan ini. Terlebih di wilayah kecamatan Purwanegara, sebagaian besar petani mengandalkan hasil panen singkong. Petani lainnya Supri juga menuturkan hal yang sama. Ia memilih untuk tidak memanen hasil singkong yang telah ia rewet beberapa waktu lalu. Sebab hasil panen yang dia dapat belum cukup menutupi biaya operasional saat panen. “Kami harap ada upaya dari pemerintah terkait turunnya harga singkong ini,” ujarnya. (uje)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: