Produksi Padi Berpotensi Berkurang 60 Ribu Ton

Produksi Padi Berpotensi Berkurang 60 Ribu Ton

MASA PANEN : Petani Maos mulai memanen hasil tani pada periode panen April ini. Adanya perbaikan irigasi di Sampang, produksi padi di Cilacap terancam berkurang tahun ini. ISTIMEWA CILACAP-Produksi padi di Kabupaten Cilacap terancam berkurang signifikan pada tahun 2020 ini. Ancaman penurunan produksi ini disebabkan sejumlah hal. Diantaranya karena persoalan musim dan adanya perbaikan sarana irigasi di Sampang. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cilacap Supriyanto mengatakan, untuk periode masa panen saat ini sebenarnya sudah relatif cukup bagus secara umum, karena produksi pada satu musim ini juga sedang bagus. Pada musim berikutnya, pihaknya memprediksi akan ada penurunan produksi padi. Ini karena pada pertengahan April ini menurut dia sudah mulai memasuki musim kemarau. "Padahal sebagian petani sudah ada yang memulai tanam. Tetapi sebagian lain di wilayah barat sudah ada yang mulai panen," ujarnya, Selasa (14/4). Melihat kondisi tersebut, prediksinya dalam satu tahun ini akan ada penurunan, meskipun angka surplusnya masih ada. Kalau angka surplus beras sebelumnya mencapai 350.000 ton hingga 380.000 ton, untuk tahun ini, seperti juga tahun 2019, surplus beras di Cilacap menurut dia tidak akan mencapai 300.000 ton. "Ada banyak hal, salah satunya yang menjadi kendala adalah adalah kehilangan produksi di lahan sekitar 12.000 hingga 17.000 hektar sawah di Daerah Irigasi (DI) Kali Serayu di wilayah eks Kawedanan Kroya, karena adanya pengeringan atau perbaikan jaringan irigasi," imbuhnya. Di musim ke dua nanti, petani juga akan tertekan terkait keberadaan Siphon di DI Serayu. Karena dari 3 Siphon di Serayu, dua diantaranya rusak (ambles) dan tidak bermanfaat. "Kami mengantisipasi ini dengan pola gilir pengairan. Karena hanya satu Siphon yang jalan, khususnya yang masuk ke wilayah Kesugihan, Jeruklegi, dan sebagian kota. Itu di hampir 4.000 hingga 5.000 hektar," ungkapnya. Dengan tidak beroperasinya lahan seluas 12.000 hektar tersebut, potensi produksi yang berkurang mencapai 60.000 ton untuk satu kali panen. "Potensinya kehilangan sebanyak itu. Itu (12.000 hektar) yang irigasi teknis, yang irigasi non teknis kan sampai 5.000 hektar. Jadi kita kehilangan potensi produksi dari 17.000 lahan," tandasnya. (nas)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: