Ribuan Nelayan Cilacap Libur Melaut

Ribuan Nelayan Cilacap Libur Melaut

Dampak Angin Kencang dan Gelombang Tinggi CILACAP - Sedikitnya 85 persen dari total 1.290 nelayan di kelompok nelayan Pandanarang, tidak melaut. Hal tersebut disebabkan oleh angin kencang yang terjadi tiga hari terakhir di Cilacap. Stasiun Meteorologi Cilacap, juga sudah mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi. Ketua Kelompok Nelayan Pandanarang, Tarmuji mengatakan, sudah empat hari sebagian besar anggotanya tidak berangkat melaut. LIBUR MELAUT : Cuaca ekstrim, gelombang tinggi dan angin kencang, MENJADI alasan banyak nelayan di Cilacap tidak melaut.Nasrulloh/Radarmas "Sudah sejak kamis, 85 persen kawan-kawan nelayan tidak berangkat melaut. Itu sesuai himbauan BMKG akan cuaca ektrim seperti angin kencang dan gelombang tinggi," tegasnya. Nelayan Sentolo Kawat, Harto mengatakan, dirinya sudah lama tidak melaut. Cuaca ekstrim, gelombang yang tinggi dan angin yang kencang jadi alasanya. "Paling kalau mau melaut di pinggiran, tidak berani ke jauh samudera," ungkapnya. Sebelumnya, angin kencang yang terjadi Jumat malam lalu(26/1) juga menyebabkan pohon di jalan Gatot Subroto tumbang dan sempat mengganggu arus lalu-lintas sekitar. Stasiun Meteorologi Cilacap menerbitkan surat edaran tentang berpeluangnya tinggi gelombang air laut dari empat meter hingga enam meter mulai Minggu (28/1) pukul 07.00 hingga Senin (29/1) pukul 07.00 di perairan Cilacap Selatan. Peringatan dini gelombang tinggi tersebut juga berpeluang terjadi di perairan selatan Kebumen, perairan selatan Purworejo, perairan selatan Yogyakarta, Samudera Hindia Selatan Cilacap, Samudera Hindia Selatan Kebumen, Samudera Hindia Selatan Purworejo dan Samudera Hindia Selatan Yogyakarta. Prakirawan Stasium Meteorologo Cilacap, Nurmaya mengatakan, kecepatan angin yang cukup tinggi beberapa hari terakhir di wilayah Cilacap, dipicu oleh besarnya selisih tekanan udara antara dataran Asia dan Australia. "Hal ini tidak lepas dari pengaruh posisi gerak semu tahunan matahari yang saat ini berada di selatan ekuator sehingga mengakibatkan bumi bagian selatan ekuator menjadi lebih panas dan tekanannya relatif lebih rendah dibandingkan bumi bagian utara ekuator,” jelasnya. (nas/din)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: