Penambangan Pasir yang Kurang Perhitungan Berpotensi Rusak Sungai Serayu

Penambangan Pasir yang Kurang Perhitungan Berpotensi Rusak Sungai Serayu

ADIPALA-Pengerukan pasir Serayu di wilayah Adipal mendapat perhatian khusus Camat Adipala Drs Teguh Prastowo MSi. Kepada wartawan koran Radar Banyumas, Teguh mengakui jika pasir Serayu menjadi salah satu tambang andalan di wilayahnya. Karena itu, dia berharap agar perlakukan terhadap Serayu harus lebih diperhatikan. Camat-Adipala-Peringatkan-Kerusakan-Serayu “Jangan sampai lingkungan Serayu rusak karena penambangan yang kurang perhitungan dapat menyebabkan lingkungan tambah rusak,” kata dia. Dikatakan dia, saat kondisi sungai Serayu rusak, yang merugi bukan hanya masyarakat, namun juga para penambang sendiri. Sebab, penghasilan penambang sendiri akan berkurang banyak. “Kalau sudah seperti itu pasti akan membuat semuanya rugi. Sehingga peambangan pasir Serayu juga harus dengan pertimbangan menyelamatkan lingkungan,” bebernya. Dia mengaku, saat ini jumlah penambang pasir terus bertambah. Itu sejak selesainya pembangunan PLTU Bunton I. Sebab, banyak penambang yang dulu beralih ikut bekerja ke PLTU, sekarang kembali menjadi penambang. “Mudah-mudahan itu akan menjadi salah satu penyokong terhadap pertumbuhan Adipala,” ujarnya. Sementara itu, pantaua Radar Banyumas, Pasir Sungai Serayu di wilayah Kabupaten Cilacap masih menjadi primadona. Pasalnya, selain stoknya yang melimpah, harganya yang dianggap “kompromi” dengan kantong warga maupun para pengusaha. “Kalau kualitasnya mungkin dibawah pasir Banyumas atau Kebumen. Namun soal harga dan stoknya pasir serayu masih yang paling murah,” kata Sudarso (50) salah seorang sopir truk. Menurut dia, saat ini sudah banyak warga yang memilih untuk menggunakan pasir Banyumas aau Kebumen. Namun saat tawar menawar harga akhirnya pilihannya kembali ke pasir Serayu yang harganya terjangkau. “Kalau soal harga memang selalu menjadi pilihan masyarakat. Karena itu sepanjang masih dapat digunakan maka pasir Serayu tetap menjadi primadona,” bebernya. Senada diungkapkan Slamet (51) pria yang sudah lebih dari 25 tahun melayani material ini mengaku Pasir Serayu masih menjadi pilihannya. Sebab untuk mencari pasir yang harganya lebih tinggi juga harus menanggung ongkos solar yang lebih banyak. “Kalau untungnya sama lebih baik cari yang dekat dan mudah di dapat. Toh warga juga sudah tahu rupa barang membawa harga,”kata dia. (yan/ttg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: