Pemulihan Ekonomi Harus Dimulai dari Pedesaan

Pemulihan Ekonomi Harus Dimulai dari Pedesaan

Kepala Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan dari ITB Sofyan Sjaf JAKARTA - Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang tengah dijalankan pemerintah sebaiknya dimulai dari pedesaan. Ini karena jantung pertumbuhan ekonomi berangkat dari masyarakat desa. Hal ini disampaikan oleh Kepala Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan dari ITB Sofyan Sjaf dalam diskusi di Jakarta, kemarin (25/7). Dia menjelaskan, bahwa struktur ekonomi berada di desa, yakni 84 ribu desa di seluruh Indonesia 87 persennya bertumpu pada sektor pertanian. Sementara dalam riset kajian dilakukan pihaknya, 73,4 persen desa di Indonesia pertumbuhannya melalui sektor pertanian. "Jadi, pemulihan ekonomi berangkatlah dari desa dan target sasarannya adalah mereka petani-petani kemudian peternak," katanya. Lebih lanjut dia mengatakan, para petani dan peternak mengandalkan dari profesinya itu untuk memenuhi kehidupannya sehari-hari. Adanya pandemi Covid-19, yang paling terasa dampaknya adalah mereka yang ada di desa. Mirisnya, bantuan sosial yang diberikan pemerintah tidak berdampak apapun terhadap pendapatan mereka. "Sehingga ada benarnya juga kemudian kalau relaksasi itu bertumpu pada apa yang dirasakan oleh rakyat maka rakyat sebagian besar Indonesia kita sudah bisa menyaksikan (dampaknya)," ucapnya. Persoalan lainnya, masalah urbanisasi masyarakat dari kota ke desa semakin meningkat. Sementra tidak ada kebijakan dari pemerintah untuk menampung mereka yang kembali ke desa padalah usia mereka masih produktif. "Nah, ini juga menjadi persoalan. Ketika mereka ingin melakukan sesuatu tidak ada (dukungan pemerintah), jadi problematik," katanya. Sementara ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, pemulihan ekonomi karena adanya proses penyesuaian aktivitas ekonomi setelah masa berlaku Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) selesai. Namun, hal itu juga tergantung dari daya beli masyarakat untuk beberapa bulan ke depan. "Penyesuaian ini terutama akan bergantung dari sisi permintaan domestik seiring dengan proporsi dari konsumsi rumah tangga yang masih relatif tinggi bila dibandingkan dengan komponen lain, yaitu sebesar 58,14 persen terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) pada kuartal I-2020," ujarnya. Di sisi lain, menurutnya, pertumbuhan ekspor diperkirakan akan lebih cepat membaik, yang mana ditandai oleh memulihnya perekonomian Tiongkok. Pada April lalu, ekspor dari Tiongkok meningkat sebesar USD227,6 juta, tertinggi bila dibandingkan dengan negara mitra dagang utama Indonesia(din/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: