Kerupuk Canthir dari Luar Purbalingga Harus Diawasi
PURBALINGGA – Produsen Kerupuk Canthir Soto berbahan dasar singkong di Desa Pegandekan, Kecamatan Kemangkon mengeluhkan masih beredarnya kerupuk canthir dari luar daerah yang ditengarai menggunakan pewarna tekstil. Hal ini dinilai dapat menjadi kendala pemasaran kerupuk cantir Pegandekan yang jelas-jelas bebas dari pewarna tekstil. Ketua Paguyuban Produsen Canthir Soto Desa Senon dan Pegandekan, Kecamatan Kemangkon, Adi Prayitno mengatakan, pihaknya telah menggunakan pewarna makanan dengan label dari BPOM dan telah mendaftarkan usahanya di perizinan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) Dinas Kesehatan. "Di pasar Bukateja, Kejobong, dan Bobotsari itu masih banyak penjual yang menjual kerupuk canthir pakai pewarna pakaian. Itu jelas produksi dari luar Purbalingga. Warnanya jauh lebih terang dari produksi Kami. Kami minta dinas razia kerupuk itu," tegas Ketua Paguyuban Produsen Canthir Soto Desa Senon dan Pegandekan, Kecamatan Kemangkon, Adi Prayitno. Saat ini dengan pembinaan dari Dinas Kesehatan, sebanyak 18 anggota Paguyuban Produsen Cantir sudah mendaftar PIRT dan tinggal menunggu nomor registrasinya keluar. Kemudian, Dinkop UKM mendorong diversifikasi produk canthir untuk meningkatkan nilai jual dan memperluas pasar penjualan. "Kami sangat mengharapkan pembinaan yang berkelanjutan dari Dinas Kesehatan dan Dinkop UKM. Dinas Kesehatan itu kami mohon terus melakukan pengecekan produk kami dan mohon bantuan juga dari Dinkop UKM agar bisa memasarkan produk kami seluas-luasnya," imbuh Adi. Sementara itu, Kasi Pengembangan dan Kewirusahaan Dinkop UKM, Adi Purwanto mengatakan pihaknya telah melakukan kunjungan ke Desa Pegandekan. Saat ini, Dinkop berusaha melakukan diversifikasi produk agar pangsa pasar menjadi lebih luas. "Krupuk canthir mayoritas masih digunakan untuk pelengkap soto. Sedangkan untuk camilan masih sangat sedikit. Dengan diversifikasi produk, variasi, atau penambahan rasa, maka sasaran produk lebih ke arah camilan," katanya. Ia menambahkan, nantinya akan ada dua rasa di awal pemasaran. Yaitu original dan pedas dengan beberapa level pedasnya. "Nanti akan dikemas dengan 2 format yaitu matang, tinggal leeeb dan mentahan atau bisa diolah lagi sebagai bahan baku siap pakai," imbuhnya. Demi mendongkrak penjualan, Dinkop telah menyiapkan fasilitas berupa kemasan dan model brandingnya. Penjualan pun akan dipasarkan melalui pasukan reseller untuk membantu pemasaran offline maupun online. "Dengan demikian, kami berharap perbaikan-perbaikan dalam proses produksi yang dilakukan oleh produsen canthir dapat membuahkan hasil manis. Dimulai dari standarisasi bahan makanan yang standar BPOM dan kemudian pengembangan produk denagn branding khusus," pungkas Adi. (gal/bdg)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: