Melihat Kegiatan di Sanggar Darimu Desa Bokol Kemangkon Purbalingga

Melihat Kegiatan di Sanggar Darimu Desa Bokol Kemangkon Purbalingga

Terbuka 24 Jam, Angkat Nama Desa Bokol Jadi Desa Wisata Seni Sudah lebih dari tiga tahun, Sanggar Darimu konsisten dalam belajar, memproduksi karya, tata tempat, wirausaha, pengembangan kepariwisataan dan mengadakan event regular. Tak heran bila peserta Sanggar Darimu berasal dari berbagai usia, mulai anak-anak hingga orangtua. KREATIF : Sanggar Darimu mengajarkan berbagai macam seni. (GALUH WIDOERA/RADARMAS) GALUH WIDOERA, Purbalingga Sudah ratusan orang dari anak-anak hingga orang tua, belajar di Sanggar Darimu yang dibentuk sekitar tiga tahun lalu. Beragamnya peserta dan pendamping untuk masing-masing kegiatan, menghasilkan karya yang beraneka ragam pula. Dwi Nugroho, sebagai pendiri dan owner Sanggar Darimu mendampingi kegiatan belajar musik, sastra dan drama. Kemudian Sri Juliana atau disapa Mona sebagai pendamping pembelajaran tari, dan untuk seni rupa didampingi Rahmat Bayu. Peserta Sanggar Darimu bukan hanya pintar berseni, tetapi juga memanfaatkan kreativitas dan keterampilan mereka untuk mendapatkan penghasilan. Seperti keterampilan seni cukil kayu yang diaplikasikan untuk sablon kaos dan memiliki branding sendiri yakni Gong Cukil. “Sebisa mungkin, Sanggar Darimu tidak hanya fokus pada seni murni tapi juga bagaimana keterampilan bisa ikut membantu menambah penghasilan,” kata Dwi. Tidak hanya itu, teman-teman Sanggar Darimu juga mahir membuat patung, meja kursi bambu, tempat pensil, bingkai foto, kostum sampah, dan bros sampah. “Selain menggunakan bahan yang memiliki nilai, sampah juga kami gunakan sebagai bahan untuk berkarya. Kayu bekas, kain bekas, pecahan kaca, dan koran bekas paling sering digunakan untuk membuat kerajinan tangan,” terang Dwi. Musik, sastra, drama, tari di Sanggar Darimu diajarkan dengan gaya kontemporer. “Kami tidak baku pada satu tipe, jenis, metode, atau pun cara, tergantung kreativitas yang dikembangkan peserta sendiri, mereka inginnya ke arah mana kami ikuti. Selain itu, kami juga masih dalam tahap belajar, sebisa mungkin tidak membatasi imajinasi dan kreativitas peserta,” katanya. Sanggar yang terletak di Desa Bokol, Kecamatan Bokol, ini selalu ramai didatangi orang. Gubug Darimu terbuka 24 jam. Siapa saja dapat berkunjung ke sanggar untuk sama-sama belajar maupun hanya untuk sekedar mengasingkan diri dari bisingnya kota. “Banyak anak kecil, pelajar SMP dan SMA, mahasiswa, pekerja, maupun anak putus sekolah. Sebagaimana bumi menerima kami, Sanggar Darimu juga menerima siapa saja yang ingin belajar,” terang Dwi. Kepada orang yang pertama kali datang ke Sanggar Darimu, pemuda 22 tahun ini kemudian mengantarkannya melihat hasil karya teman-teman Sanggar Darimu. Bila secara kebetulan menyempatkan hadir di hari Sabtu atau Minggu, maka bisa menyaksikan anak-anak berlatih musik, drama, tari, seni lukis, grafis, dan cukil kayu. Orang yang datang ke sanggar juga bisa mencoba segala jenis kerajinan yang diajarkan. Tidak hanya dipandu oleh pendamping, setiap peserta juga wajib ikut mengajarkan pada yang lain. “Sebenarnya tidak ada guru di sini, yang ada hanya orang lebih dahulu bisa melakukan sesuatu. Kami juga membiasakan diri untuk tidak menilai karya dengan bagus atau jelek. Setiap karya membawa kita memasuki perasaan yang berbeda-beda. Jadi, tidak ada penilaian di dalam berkarya," tuturnya. Segala hal yang ada di Sanggar Darimu merupakan daya tarik pariwisata tersendiri. Bisa dikatakan melalui Sanggar Darimu, Desa Bokol menjadi desa wisata yang bertemakan seni, budaya, dan tradisi. Setiap tahun, teman-teman Sanggar Darimu mengadakan event tahunan (Darimu Karya Kita) sebagai bentuk wadah apresiasi seni. “Tahun ini, 2017 berarti event Darimu Karya Kita yang keempat. Saat ini sedang persiapan. Jadi tunggu saja kejutan dari teman-teman Sanggar Darimu apa-apa saja nanti yang akan ditampilkan. (*/sus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: