Menlu Ceko Kaget Masjid-Gereja Berbagi Parkir

Menlu Ceko Kaget Masjid-Gereja Berbagi Parkir

[caption id="attachment_100145" align="aligncenter" width="100%"]Menteri Luar Negeri Ceko Lubimir Zaoralek (ketiga kiri)  didampingi Imam Besar Masjid Istiqlal  Nasaruddin Umar (ketiga kanan) saat melakukan kunjungak ke Masjid Istiqlal Jakarta, Jumat (26/2/2016). FOTO:MIFTAHULHAYAT/JAWA POS Menteri Luar Negeri Ceko Lubimir Zaoralek (ketiga kiri) didampingi Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar (ketiga kanan) saat melakukan kunjungak ke Masjid Istiqlal Jakarta, Jumat (26/2/2016). FOTO:MIFTAHULHAYAT/JAWA POS[/caption] JAKARTA- Konflik yang terjadi di Indonesia memang seringkali disangkutpautkan dengan agama. Padahal, sesungguhnya, toleransi antar umat beragama masih begitu kental terasa. Menteri Luar Negeri Ceko, Lubomir Zaoralek pun mengakui fakta tersebut. Ungkapan tersebut dilontarkan Zaoralek usai mengunjungi Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal di Jakarta, kemarin (26/2). Pria 59 tahun tersebut mengaku terkesan dengan toleransi beragama di Indonesia. Hal itu terlihat dari berdirinya dua tempat ibadah secara berdampingan dan umat-umatnya yang bisa beribadah dengan rukun. Dia bahkan kaget saat pihak Gereja Katedral menerangkan bahwa saat natal, kendaraan umat kristen yang akan beribadah bisa diparkir di pelataran Masjid Istiqlal. "Kami mendapat informasi mengenai situasi di Indonesia. Ini adalah contoh bagus, di mana satu masjid berdiri berdampingan dengan gereja. Bahkan berbagi lapangan parkir," tuturnya saat ditemui usai berkeliling Masjid Istiqlal ditemani Imam Besar Masjid Istqlal, Nasaruddin Umar. Menurutnya, kedekatan ini menjadi bukti bahwa perbedaan keyakinan bukanlah alasan untuk bisa digunakan suatu oknum untuk berkonflik. Indonesia menjadi bukti nyata bahwa orang dengan keyakinan berbeda bisa hidup berdampingan. "Ini adalah role model untuk pembelajaran soal toleransi umat beragama. Bukti kuat di mana yang berbeda agama bisa hidup harmonis," ungkapnya. Nasaruddin turut mengamini hal tersebut. Dia mengatakan, toleransi ini sudah berjalan sejak dulu. Kedua pihak bahkan memiliki program bersama untuk bisa membangun rasa toleransi ini. "Mereka (umat kristen) bisa belajar tentang islam. Sehingga mereka tahu, islam itu indah. Bukan seperti apa yang banyak beredar, disangkutpautkan dengan aksi radikal," tutur     Mantan Wakil Menteri Agama (Wamenag) era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut. Dia pun turut menjelaskan pada Zaoralek, bahwa Masjid Istiqlal memiliki program untuk menangkal radikalisme. Salah satunya menyangkut soal pembelajaran lebih detil tentang makna dalam Al-quran. Menurutnya, selama ini pengikut faham radikal seringkali melenceng dalam menafsirkan kata yang ada di Al-quran. Padahal sesungguhnya, banyak penjelasan detil dibalik satu ayat tersebut. (mia)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: