Manis dan Alaminya Gula Serbuk Bumisari Bojongsari Purbalingga

Manis dan Alaminya Gula Serbuk Bumisari Bojongsari Purbalingga

Potensi alam yang ada di Desa Bumisari Kecamatan Bojongsari sudah tak diragukan lagi. Banyaknya pohon Kelapa dimanfaatkan warga sebagai sumber matapencaharian warga. Mereka secara turun temurun menderes pohon kelapa tersebut untuk diambil niranya dan diolah menjadi gula jawa. Pada awalnya, para penderes hanya memproduksi gula cetak. Kini sejumlah penderes sudah beralih memproduksi gula serbuk. Salah satunya adalah Ahmad Bisri (42). Dari hasil olahan nira kelapa yang manis, terwujudlah gula serbuk yang mampu menopang kebutuhan hidup keluarga yang tinggal di RT 8 RW 4 Desa Bumisari ini. Ahmad mengaku, baru tiga tahun lebih menggeluti usaha gula serbuk. Sebelumnya, gula cetak hanya dibuat tergantung pesanan. Saat ini gula serbuk lebih menjanjikan secara ekonomi. Dalam sehari, dia yang dibantu istri dan anaknya mampu memproduksi maksimal 10 kilogram gula serbuk. Dengan kemasan sederhana, gula itu langsung bisa masuk ke salah satu koperasi di rekan atau mitra usahanya di tetangga kecamatan. “Saat ini kendala saya hanya musim hujan. Karena dengan kondisi nira yang kurang bagus, harus ada perlakuan khusus. Karena, kualitas dan warga gula serbuk saya tetap diutamakan,” ungkapnya. Satu kali produksi, dirinya menghabiskan waktu hingga minimal 5 jam. Yaitu sejak nira kelapa dimasak hingga siap dikemas kemasan 10 kiloan. Jumlah itu diantaranya dari perbandingan satu kilo gula serbuk berasal dari 6 liter nira kelapa. “Mulai pukul 10.00- 15.00, kami memasak sampai ke pembentukan serbuk itu. Kadang ada juga pesanan gula kristal yang beda dalam ukuran ayakannya. Namun lebih banyak menghasilkan gula serbuk,” tambahnya. Beruntung, saat ini harga gula serbuk masih stabil di pasaran. Dengan kualitas bagus, gula serbuk masih dibanderol dengan harga Rp 18 ribu perkilonya. Jumlah itu sudah lumayan dan lebih baik dari gula cetak dalam pemasarannya. Ahmad dan keluarga berharap, kedepannya, fasilitasi permodalan dan bahan baku kelapa bisa lebih mudah. Karena saat ini dirinya sudah dipermudah adanya bantuan beberapa peralatan seperti loyang, ayakan dan pongkor dari pemerintah. “Kondisi regenerasi penderes yang sangat minim juga menjadi tantangan kami kedepan. Harapannya kedepan masih bisa lestari dan tidak akan kesulitan dalam mengelola potensi pohon Kelapa di daerah kami,” ungkap Ahmad.(amr/bdg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: