Desa wisata di Kabupaten Purbalingga, Dulu Mati Suri Kini Jadi Daya Tarik

Desa wisata di Kabupaten Purbalingga, Dulu Mati Suri Kini Jadi Daya Tarik

PURBALINGGA – Desa wisata di Kabupaten Purbalingga kini tengah naik daun. Sebelum diminati wisatawan, desa wisata sempat mati suri selama bertahun tahun. Baru sekitar tahun 2015, pengembangan desa wisata mulai intens. Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Dinbudparpora) Kabupaten Purbalingga Ir Prayitno MSi. "Semula desa wisata ibarat mati suri. Secara hukum ada surat keputusan bupati tentang desa wisata, namun belum sesuai yang diharapkan," jelasnya. Dituturkan, mulai awal tahun 2015 mulai total menggerakan pengembangan desa wisata. "Pola yang kami pakai dengan merekrut pemuda di desa. Ini pengalaman lapangan, pengelolaan desa wisata di tangan anak-anak muda lebih cepat berjalan. Kemampuan SDM yang terbatas juga masih terbuka untuk dikembangkan,” ungkapnya. Prayitno mengatakan, setiap kali pembinaan di desa wisata, pemuda yang siap bergerak dimotivasi untuk maju. Jika dalam satu desa minimal ada tiga atau empat orang yang siap bekerja tanpa pamrih, maka desa akan maju. Berbeda jika para pemudanya nglokro, maka kemajuan desa wisata akan tersendat dan sulit untuk berkembang. “Belajar dari 15 desa wisata yang dikembangkan, sudah terlihat perkembangannya. Tingkat kunjungan wisata naik drastis hingga 900 persen. Selain pemberian motivasi dan semangat untuk maju, juga dibekali dengan berbagai pelatihan dan sesekali diajak studi banding ke desa wisata lain di luar kota yang sudah maju,” ujarnya. Sementara itu, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Ardi Mandala Giri Desa Panusupan, Yanto Supardi mengatakan, pemuda di Desa Panusupan semula tidak tertarik mengembangkan desanya sebagai desa wisata. Mereka puas dengan wisata religi Ardi Lawet yang hanya dikunjungi sekitar 11 ribu orang setahun. “Setelah mendapat pembinaan dari Dinbudparpora, kami yang semula tidak bisa apa-apa, saat ini paling tidak sudah bisa melayani wisatawan. Kami dilatih cara memandu, cara mengelola homestay, cara promosi dan pelatihan lainnya. Setiap dukuh juga saling berlomba membuat daya tarik wisata yang berbeda. Saat ini, kunjungan ke Panusupan sejak Januari 2016 hingga September mencapai 98 ribu orang,” terangnya. (tya/sus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: