Melihat Garapan Tenun Sutera Ulat Mahoni di Desa Tanggeran Somagede, Dihargai Rp 1 Juta Per Meter, Proses Butu
KREATIF: Mudiono telaten menenun sutera dari kepompong ulat mahoni. FIJRI/RADARMAS SOMAGEDE - Kelompok perajin kain lurik di Desa Tanggeran Kecamatan Somagede harus bekerja lebih keras. Ketika menggarap sutera kepompong ulat mahoni. https://radarbanyumas.co.id/kerajinan-kain-lurik-sulit-regenerasi-di-tanggeran-somagede-khawatir-alat-tenun-mubazir/ Ketua kelompok perajin kain lurik, Mudiono menceritakan, proses pengerjaan sutera kepompong ulat mahoni jauh lebih sulit ketimbang benang biasa. Ada banyak faktor penyebabnya. "Tingkat kesulitan lebih tinggi untuk tenun sutera kepompong ulat mahoni. Diantaranya, benang sering loncat," kata Mudiono, Rabu (29/9). Lantaran benang sering loncat sampai jatuh ke tanah. Perajin harus berhenti menenun untuk mengambil dan memasang. Kesabaran perajin diuji. Tingkat kesulitan lain adalah ketebalan benang kepompong ulat mahoni tidak sama. Hal tersebut mengakibatkan ketika ditenun lebih gampang putus. Berbeda dengan benang biasa yang dipintal menggunakan mesin. Benang dari kepompong ulat mahoni dipintal secara manual. Hasilnya, ketebalan benang berbeda-beda. "Benang yang ditenun juga lebih cepat habis. Isinya lebih sedikit dari benang biasa," imbuh Mudiono. Mudiono menyampaikan, hasil tenun kain sutera kepompong ulat mahoni disetorkan ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyumas. Sutera sebagai bahan baku fashion. Tingkat kesulitan yang tinggi sebanding dengan harga kain sutera kepompong ulat mahoni. Yakni nilai ekonomis juga tinggi. Satu meter kain mencapai Rp 1 juta. (fij)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: