Warga "Perang-perangan" Tanggul Karena Penanganan Pemerintah Dinilai Tidak Efektif

Warga

AMBRUK: Parapet ambruk belum lama ini. FIJRI/RADARMAS SUMPIUH - Warga gerumbul Karet Kelurahan Sumpiuh Kecamatan Sumpiuh berada dalam fase "perang" ketinggian tanggul Sungai Angin. Lantaran penanganan tanggul darurat tidak maksimal. "Sekarang kami seperti sedang perang-perangan antar warga. Perang untuk tinggi-tinggian tanggul. Karena tanggul yang masih rendah pasti jebol," tukas Ketua RT 3 RW 4 Kelurahan Sumpiuh Asep Dedi. Beberapa warga bahkan melakukan pembelian satu dump truk material tanah dengan koceknya sendiri. Tanah untuk mengisi karung plastik yang digunakan sebagai tanggul. Demi tanggul di sekitar rumah lebih tinggi. https://radarbanyumas.co.id/hujan-lebat-semalaman-banjir-dan-longsor-landa-banyumas/ Jebol tanggul ke lima pada Jumat (13/11) malam. Dipicu oleh ketidakseimbangan kekuatan tanggul pada sisi kanan dan kiri. Sehingga salah satunya tidak mampu menahan arus air banjir. Warga menilai penanganan darurat menggunakan karung plastik berisi tanah tidak efektif dan efisien. Selain faktanya kembali jebol di titik yang sama. Juga membuang tenaga, waktu dan biaya. "Sudah berapa uang yang dikeluarkan untuk membeli karung plastik dan pengadaan material tanah oleh dinas terkait. Bukankan lebih baik uang digunakan untuk penanganan permanen secara bertahap. Buat talud di Sungai Angin yang di selatan jembatan musim hujan seperti ini buktinya bisa," ujar Asep. Warga Sisir Sungai Angin Hingga kemarin, warga juga terus melakukan penyisiran Sungai Angin. Guna mengetahui pemicu banjir yang selalu terjadi di wilayah tersebut. Hasilnya, bendung tanpa pintu air di Desa Nusadadi diduga menjadi salah satu penyebab banjir. Ketinggian bangunan bendung mengakibatkan aliran air tersumbat. "Warga sudah membahas untuk meminta dibuatkan pintu air di bendung Sungai Angin yang melintasi Desa Nusadadi," ujar Ketua RT 3 RW 4 Kelurahan Sumpiuh Asep Dedi, Senin (16/11). Bendung tanpa pintu air ditengarai juga menimbulkan endapan. Sehingga, mengakibatkan pendangkalan pada sungai. Lumpur tidak dapat terbuang bersama arus air. Oleh karena itu, warga berharap Pemerintah Kelurahan Sumpiuh melakukan koordinasi dengan Pemerintah Desa Nusadadi. Saling kerja sama untuk penyelesaian masalah banjir. "Sejak adanya bendung, banjir lebih sering terjadi di Gerumbul Karet. Itu faktanya," imbuh Asep. Sekitar satu kilometer tanggul pada kanan dan kiri Sungai Angin di gerumbul Karet rawan jebol kembali. Sebab, sudah berupa penanganan darurat akibat jebol. Beberapa titik telah bolak balik jebol. "Kalau mau di Karet tidak banjir lagi, tidak cukup hanya dengan pembangunan parapet. Tapi, penanganan secara menyeluruh dari semua akar masalah," tandas Asep. (fij)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: