Hingga Akhir Maret, Kasus Covid Bisa Meroket 8.000 Kasus

Hingga Akhir Maret, Kasus Covid Bisa Meroket 8.000 Kasus

grafis JAKARTA - Tim Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi Institut Teknologi Bandung (PPMS ITB) memprediksi, wabah virus corona menembus 8.000 kasus Covid-19 di Indonesia. Ini terjadi dalam beberapa pekan ke depan. Kondisi ini serupa dengan yang terjadi di Korea Selatan. Namun PPMS ITB juga mewanti-wanti, bahwa prediksi yang disajikan bisa saja membengkak berkali-kali lipat. Jika langkah pencegahan tidak sekuat Korea Selatan. Baik dari sisi kesadaran masyarakat, upaya pencegahan, hingga pemenuhan kebutuhan fasilitas untuk penderita virus yang telah menjangkit 179.111 orang secara global dan menewaskan 19 orang di Indonesia hingga Rabu (18/3). ”Uraian metodologi dan perhitungan didasari dari riset data dan Simulasi Covid-19 dengan pendekatan model matematika. Sebarnya prediksi ini telah dipublikasikan portal E-Prints ITB, sejak Minggu (15/3),” tulis Tim PPMS ITB. Tim PPMS ITB juga menegaskan, pendekatan model ini masih terhitung sederhana. Belum sempurna, tapi pada dasarnya semua model yang ada menunjuk ke pesan yang sama. ”Kami tidak tahu jumlah kasus yang sebenarnya, tetapi yang jelas kasus yang terjadi jauh lebih tinggi daripada yang dilaporkan,” lanjut rilis yang disampaikan. Untuk meminimalkan penyebaran Covid-19, Tim PPMS ITB menekankan perlunya menerapkan social distancing atau penjarakan sosial. Penjarakan sosial bisa dilakukan dengan bekerja dari rumah, bersekolah dari rumah, dan menghentikan kegiatan-kegiatan yang bersifat massal. ”Jelas pembatasan sosial mungkin tidak nyaman, menjengkelkan, dan mengecewakan. Namun itu sepadan dengan resiko yang akan kita hadapi bila mengabaikannya,” tulis mereka. Sejalan dengan data yang dirilis Tim PPMS ITB, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo mengatakan dari hasil analisa dan prediksi, secara jelas mengedepankan sikap kewaspadaan untuk kurun waktu tertentu. ”Sekarang waktunya untuk fokus. Kita sekarang tidak boleh lagi kehilangan waktu, kehilangan momentum untuk berdebat tentang teori menyelesaikan wabah ini,” timpal Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Kantor BNPB, Provinsi DKI Jakarta, Rabu (18/3). Struktur pemerintah di Indonesia, menurut Doni, punya RT/RW yang mungkin selama ini kurang diberdayakan, punya kelurahan, punya desa yang mungkin juga belum dilibatkan. ”Pesan saya tadi selaku Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, untuk bisa mengoptimalkan semua potensi yang ada mulai, dari tingkat provinsi, kotamadya, kelurahan, dan RT/RW,” kata Doni. Menurut Doni, Lurah adalah struktur pemerintahan yang terendah di tingkat provinsi yang tentunya para lurah bisa menunjukkan kualitas kepemimpinannya untuk bisa menjalankan semua kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah pusat, dan juga sejalan dengan pemerintah daerah, sehingga semuanya berada pada rel yang sama. ”Jangan ada yang berada di luar rel. Hentikan semua perdebatan, sekarang waktunya kita meyakinkan warga kita memahami apa yang sedang kita hadapi hari ini dan bagaimana kira-kira langkah-langkah antisipatif kita ke depan. Bersatu-padu bergandengan tangan saling menjaga satu sama lainnya adalah solusi yang paling baik saat ini,” tegas Doni. (tim/fin/ful)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: