SMAN 1 Sokaraja Meriahkan Hari Batik dengan Fashion Show

SMAN 1 Sokaraja Meriahkan Hari Batik dengan Fashion Show

SOKARAJA-Pelajar SMA dari wilayah Banyumas nampak menawan dengan balutan batik yang dimodifikasi sedemikian rupa. Layaknya model profesional, mereka berjalan di atas karpet merah dengan penuh gaya dan percaya diri. Tidak seperti biasanya, para peserta tersebut memang tengah mengikuti lomba fashion show batik di SMA N Sokaraja, Rabu (2/10). Kegiatan menjadi salah satu rangkaian Hari Batik Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Oktober. Heru Santoso, guru pembina SMA N Sokaraja mengatakan selain lomba fashion show batik juga digelar lomba design motif, lomba melukis di caping dan pembuatan ecoprint. Acara peringatan hari batik nasional di SMA 1 Sokaraja telah berlangsung kurang lebih 11 tahun. Akan tetapi, untuk lomba-lomba baru diselenggarakan lima tahun terakhir ini. "Lomba fashion show diikuti oleh perwakilan siswa-siswa SMA se-Kabupaten Banyumas. SMA N 1 Sokaraja adalah satu-satunya sekolah yang ada di Kabupaten Banyumas yang menyelenggarakan Pendidikan Berbasis Kekayaan Lokal (PBKL)," ujarnya. Kabid Kebudayaan, Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata, Kabupaten Banyumas, Deskart Jatmiko menjelaskan, kegiatan yang dilakukan ini sebagai upaya memperkenalkan batik kepada generasi muda. Bukan hanya itu pihaknya juga berharap makin banyak lagi kreasi dan motif batik. "Melestarikan kebudayaan batik juga dapat menjadi cendera mata bagi wisatawan yang datang ke Banyumas. SMA Sokaraja yang termasuk memproduksi, harapan kami agar pengembangan motif batik dapat lebih dikembangkan," pungkasnya. Kepala SMAN 1 Sokaraja, Erlin Retnovianti, S. Pd mengatakan agenda kegiatan peringatan Hari Batik Nasional 2019, Selasa (1/10), usai upacara Hari Kesaktian Pancasila bersama Forkompincam Sokaraja yaitu lomba desain motif batik canting cap, lomba drapping batik contest, lomba lukis batik di media caping dan membuat batik ecoprint massal sepanjang kurang lebih 68 meter. "Tidak sampai ratusan meter. Kalau terlalu panjang bisa menyulitkan," katanya ketika ditemui Radarmas. Dia menjelaskan, membuat batik ecoprint menggunakan kain dan dedaunan segar yang dipetik dari lingkungan sekolah. Dedaunan yang akan membentuk pola tersebut digulung dengan kain dan disimpan satu hari sebelum dibuka pada Rabu (2/10) untuk dibentangkan hasilnya dengan bimbingan dari guru membatik, Heru Santoso. "Terus terang saya sendiri deg-degan melihat hasilnya karena sebelumnya belum pernah," terang dia. (aam/yda/ttg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: