Ekspor Sagon Terkendala Akses

Ekspor Sagon Terkendala Akses

PRODUKSI: Perajin sagon menunjukan hasil produksinya. FIJRI RAHMAWATI/RADARMAS KEMRANJEN - Keberadaan kue tradisional sagon tidak tergerus zaman. Sagon terus eksis di tengah menjamurnya bisnis kuliner. Namun, pengembangan pemasaran sagon ke mancanegara terkendala akses berupa pembuatan barcode. "Ada peluang ekspor sagon. Pasar utama sagon Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Tapi mengurus barcode prosedurnya terlalu rumit," ujar Kepala Desa Grujugan Kecamatan Kemranjen Sugeng Susyanto. Perajin sagon di Desa Grujugan merupakan industri rumahan. Produk sudah mengantongi izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT). Pemasaran lokal juga telah tembus swalayan ternama. Akan tetapi, perajin sagon kesulitan melengkapi berkas persyaratan pembuatan barcode. Selain itu, pengurusan harus ke Jakarta. Di saat bersamaan, perajin terbentur biaya. Sementara itu, Pemerintah Desa Grujugan belum mengalokasikan dana di APBDes, untuk program pengembangan pemasaran ekspor sagon. Terpisah, salah satu perajin sagon, Karsem menuturkan, banyak TKI yang ketika mudik membeli sagon darinya. Sebagai sentra penghasil sagon, kerap keteteran dalam memenuhi permintaan pasar. "TKI langsung datang ke rumah. Sudah langganan kalau mudik. Di luar negeri katanya pada minta dibawakan sagon," tukasnya. (fij)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: