Aktivitas Vulkanik Gunung Slamet Terus Meningkat, Larangan Aktivitas Warga Diperluas

Aktivitas Vulkanik Gunung Slamet Terus Meningkat, Larangan Aktivitas Warga Diperluas

Hembusan awan putih keluar dari puncak Gunung Slamet, Jawa Tengah, terlihat saat cuaca cerah dari areal persawahan di Kabupaten Purbalingga, Selasa pagi (7/5/2024).-AHMAD ERWIN/RADARMAS-

PURWOKERTO, RADARBANYUMAS.CO.ID - Gunung Slamet, gunung api tertinggi kedua di Pulau Jawa terus mengalami peningkatan aktivitas vulkanik.

Gunung yang terletak dalam lima kabupaten ini, yaitu Pemalang, Banyumas, Brebes, Tegal dan Purbalingga Jawa Tengah. Memperlihatkan peningkatan aktivitas sejak berstatus level 2 (waspada) pada Oktober 2023 lalu. 

Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Dr. Ir. Muhammad Wafid mengatakan, berdasarkan pemantauan visual dan instrumental. Aktivitas vulkanik Gunung Slamet sejak tahun lalu hingga Mei 2024 terus meningkat.

BACA JUGA:Pasar Tradisional Karangkobar Banjarnegara Kebakaran

"Peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Slamet terakhir terjadi pada Maret hingga September 2014, diikuti erupsi yang menghasilkan material abu dan lontaran material pijar di sekitar kawah (tipe letusan strombolian, red). Aktivitas vulkanik Slamet kembali mengalami peningkatan pada akhir tahun 2023, sehingga sejak 19 Oktober 2023 status Slamet berada pada Level 2," kata kepala Badan Geologi melalui siaran pers. 

Dijelaskan, Aktivitas vulkanik Gunung Slamet pada tahun 2024 ini. Umumnya didominasi oleh hembusan asap kawah dengan tinggi 50 - 500 meter dari atas puncak. 

Selain itu kegempaan vulkanik, terutama Gempa Hembusan dan Gempa Tremor Menerus, juga mendominasi aktivitas Gunung Slamet. 

BACA JUGA:Kaca KA Pasundan Retak Dilempari Batu di Cilacap, Pelaku Ditelusuri

Peningkatan jumlah dan amplitudo gempa serta terekamnya Gempa Vulkanik Dalam menandakan potensi suplai magma ke permukaan. Pemantauan deformasi juga menunjukkan fluktuasi yang cenderung stabil, meskipun terdapat peningkatan pada komponen tertentu.

"Hasil pengamatan data-data pemantauan menunjukkan adanya peningkatan tekanan di bawah tubuh Slamet yang dapat memicu munculnya gempa-gempa dangkal maupun terjadinya erupsi," jelasnya. 

BACA JUGA:Delvintor Semakin Percaya Diri, Crosser Astra Honda ini Siap Taklukan MXGP Galicia di Spanyol

Sehingga dalam konteks ini, potensi ancaman bahaya dari Gunung Slamet yaitu erupsi freatik dan magmatik, dengan lontaran material pijar yang bisa berdampak di daerah sekitar puncak didalam radius 3 Km. 

"Hujan abu dapat terjadi di sekitar kawah maupun melanda daerah yang ditentukan oleh arah dan kecepatan angin," lanjutnya. 

Sehingga dari hal tersebut direkomendasikan untuk dilakukan perubahan atau perluasan jarak rekomendasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: