Terminal Sepi, Dishub Cilacap Siapkan Transformasi Angkutan Umum
Aktivitas sopir angkutan di Terminal Adipala yang kian sepi. Kini, sopir angkutan lebih sering menunggu penumpang daripada sebaliknya.-REGINA GAYUH/RADARMAS-
CILACAP, RADARBANYUMAS.CO.ID – Nasib angkutan umum di Kabupaten Cilacap kini menjadi berbalik. Jika dulu penumpang rela menunggu angkutan di pinggir jalan, sekarang justru sopir angkutan yang menunggu penumpang.
Perubahan ini mulai terjadi sejak hadirnya transportasi online yang lebih diminati masyarakat. Dengan sistem jemput langsung dan tarif yang mudah diakses melalui aplikasi, penumpang kini lebih memilih layanan digital daripada menunggu angkutan konvensional di terminal atau di tepi jalan.
Kepala UPT Terminal, Dinas Perhubungan Kabupaten Cilacap, Masikhin Jafar, mengatakan kondisi tersebut berdampak langsung pada aktivitas di terminal. Jumlah armada yang keluar masuk terminal menurun dibandingkan beberapa tahun lalu.
“Sekarang justru angkutan yang mencari penumpang. Padahal dulu penumpang yang menunggu angkutan. Kondisi ini terasa juga di terminal, karena banyak sopir yang memilih mencari penumpang di jalan daripada masuk ke terminal,” ujarnya.
BACA JUGA:Angkutan Desa di Cilacap Kian Sepi, Dishub Siapkan Solusi
Menurutnya, perilaku tersebut memengaruhi keteraturan lalu lintas dan penataan transportasi di wilayah kota. Padahal, terminal seharusnya menjadi titik awal dan akhir keberangkatan bagi angkutan umum.
“Ada angkutan yang suka berhenti di sembarang tempat. Padahal itu tidak diperbolehkan. Mereka seharusnya menunggu di halte atau di dalam terminal sesuai aturan,” tegasnya.
Terminal dijadikan pusat pengawasan operasional angkutan umum. Namun, tantangan terbesar tetap pada menurunnya jumlah penumpang.
“Pendapatan sopir menurun karena penumpang makin sedikit. Ini juga berdampak ke aktivitas terminal. Dulu bisa ramai pagi sampai sore, sekarang hanya padat di jam-jam tertentu saja,” katanya.
BACA JUGA:Terminal di Cilacap Kian Lesu, Pedagang dan Armada Sama-Sama Tertekan
Ia menambahkan, penurunan jumlah penumpang terjadi di hampir semua trayek. Selain faktor transportasi online, meningkatnya kepemilikan kendaraan pribadi juga membuat masyarakat semakin jarang memanfaatkan angkutan umum.
“Masyarakat sekarang cenderung memilih kendaraan pribadi karena dianggap lebih praktis. Sementara angkutan umum semakin kehilangan penumpang tetap,” ujarnya.
Untuk menanggapi kondisi itu, Jafar menyebutkan salah satu langkah yang kini tengah dikaji adalah dengan mengubah sistem angkutan konvensional menjadi angkutan massal bersubsidi seperti program Trans Jateng, atas inisiasi Kementerian Perhubungan.
“Kami ingin terminal tetap hidup. Salah satu caranya dengan bertransformasi menjadi layanan angkutan massal yang lebih efisien dan terintegrasi,” tandasnya. (gia)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

