Kasus Leptospirosis di Cilacap Capai 23, Lima Orang Meninggal Dunia

CILACAP, RADARBANYUMAS.CO.ID - Hingga akhir Juli 2025, jumlah kasus leptospirosis di Kabupaten Cilacap tercatat mencapai 23 kasus, dengan 5 di antaranya meninggal dunia. 

Data ini menunjukkan bahwa penyebaran penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira tersebut masih menjadi ancaman serius, terutama di wilayah-wilayah rawan genangan dan sanitasi buruk.

Sekretaris Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Kabupaten Cilacap, dr Ari Windi mengatakan, wilayah dengan jumlah kasus tertinggi berada di Kecamatan Nusawungu, yakni sebanyak 5 kasus, diikuti Binangun dengan 4 kasus, serta Sampang dengan 3 kasus.

"Total hingga 30 Juli 2025, terdapat 23 kasus leptospirosis dengan 5 orang meninggal. Ini menjadi perhatian kami untuk terus memperkuat edukasi masyarakat, terutama dalam menjaga kebersihan lingkungan dan mencegah kontak langsung dengan air yang terkontaminasi," ujar dr. Ari.

BACA JUGA:Cegah Penyakit Ternak, Dinas Pertanian Cilacap Genjot Vaksinasi PMK dan Rabies

Selain tiga kecamatan tersebut, kasus juga ditemukan di Karangpucung (2 kasus), Kroya 2 (2 kasus), Majenang 1, Majenang 2, Kawunganten, Kroya 1, Nusawungu 1, Cilacap Tengah 1, dan Cilacap Utara 1, masing-masing 1 kasus.

Dijelaskan, penyakit leptospirosis kerap meningkat pada musim penghujan, terutama di daerah dengan sistem drainase buruk dan lingkungan kumuh yang memungkinkan tikus berkembang biak. Bakteri penyebab leptospirosis biasanya menyebar melalui urine tikus yang mencemari air atau tanah, dan masuk ke tubuh manusia melalui luka terbuka atau selaput lendir.

"Kami mengimbau masyarakat untuk mengenakan pelindung diri saat bekerja di area basah atau banjir, serta segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala seperti demam tinggi, nyeri otot, dan mata memerah," tambah Ari.

Selain itu, Dinas Kesehatan Cilacap juga terus melakukan pemantauan, penyuluhan sebagai bentuk upaya pencegahan lebih lanjut. (ray)

Sumber: