Banner v.2

Kasus TBC Meningkat, Cilacap Masuk Lima Besar di Jateng

Kasus TBC Meningkat, Cilacap Masuk Lima Besar di Jateng

Sekretaris Dinas Kesehatan Ary Windi.-RAYKA/RADARMAS-

CILACAP, RADARBANYUMAS.CO.ID - Kabupaten Cilacap kini menghadapi tantangan serius dalam penanggulangan penyakit menular, khususnya tuberkulosis (TBC). 

Hingga awal Mei 2025, tercatat ada 1.573 kasus TBC yang ditemukan di wilayah ini. Angka tersebut menempatkan Cilacap sebagai salah satu daerah dengan beban kasus tertinggi di Jawa Tengah, tepatnya di peringkat lima besar.

Sekretaris Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Cilacap, Ary Windi mengatakan, kondisi ini menunjukkan adanya peningkatan kasus yang cukup signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Untuk itu, penting untuk memperkuat kerja lapangan dalam menemukan penderita TBC sejak dini. 

Ari menyoroti peran Tim Percepatan Penanggulangan TBC (TP2TBC) dan Penanggung Jawab (PIC) TBC di setiap institusi agar lebih aktif dan optimal menjalankan tugasnya.

BACA JUGA:Atasi Masalah Stunting dan TBC di Cilacap, Anggaran Rp 23,5 Miliar Digelontorkan

"Mereka yang telah ditunjuk harus benar-benar turun ke lapangan, mencari dan mendeteksi individu yang diduga mengidap TBC. Dengan begitu, jika ada kasus baru, bisa segera ditangani secara tepat," ujar Ary.

Berdasarkan data dari Sistem Informasi Tuberkulosis Jawa Tengah, tingkat penemuan kasus baru berdasarkan domisili baru mencapai 27,1 persen, atau setara dengan 1.687 kasus.

Namun, menurutnya, upaya penanganan saja tidak cukup. Diperlukan pula pendekatan pencegahan yang berkelanjutan agar rantai penularan bisa diputus. Edukasi masyarakat tentang gejala, bahaya, dan pentingnya pengobatan hingga tuntas menjadi bagian penting dalam strategi jangka panjang.

"Upaya preventif tetap harus menjadi prioritas, agar kasus tidak terus bertambah dari waktu ke waktu," tegasnya.

BACA JUGA:Kasus TBC di Cilacap Mencapai 1.573 Peringkat Kelima di Jateng

TBC sendiri merupakan penyakit menular yang menyerang paru-paru, dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Meskipun pengobatannya tersedia gratis, banyak penderita yang tidak menyelesaikan pengobatan, sehingga berisiko menyebarkan penyakit lebih luas.

"Kita akan terus menggencarkan pelacakan kasus dan mendorong keterlibatan lintas sektor untuk menekan angka kejadian. Harapannya dengan kerja sama yang lebih intensif antara tim lapangan, fasilitas kesehatan, dan masyarakat, kasus TBC dapat dikendalikan secara lebih efektif," ujar Ary. (ray)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: