Banner v.2

Tempe Mendoan Makin Mahal, PSI: Pemerintah Jangan PHP-in Rakyat

Tempe Mendoan Makin Mahal, PSI: Pemerintah Jangan PHP-in Rakyat

Ketua DPD Partai Solidaritas Indonesia Kabupaten Banyumas, Fitria Agustina, mengunjungi perajin tempe mendoan di Desa Pliken, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas. Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengecam kegagalan pemerintah untuk menurunkan harga kedelai yang sudah dijanjikan sejak awal tahun ini. Kegeraman ini disampaikan Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PSI Kabupaten Banyumas, Fitria Agustina, usai bertemu perajin tempe mendoan di Desa Pliken, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas, Senin (15/3/2021). Fitria mengungkapkan, perajin tempe di Pliken dua kali dihantam masalah dalam setahun terakhir. https://radarbanyumas.co.id/psi-minta-pemerintah-serius-tangani-lonjakan-harga-kedelai/ “Produksi mulai turun sejak pandemi covid-19. Jumlah pembeli tempe mendoan merosot karena banyak kampus yang diliburkan dan warung-warung tutup,“ ungkap Fitria. Perempuan yang akrab dengan sebutan Chika ini mengungkapkan, hantaman kedua datang saat akhir tahun lalu harga kedelai melonjak dari Rp 6.500 menjadi Rp 9.500 per kilogram. “Dalam kondisi normal, satu perajin tempe di Pliken membutuhkan 50 kilogram kedelai setiap harinya. Kenaikan tiga ribu rupiah artinya ada tambahan 150 ribu rupiah per hari atau 4,5 juta rupiah per bulan,” tuturnya. Sarjono, seorang perajin di Pliken, mengungkapkan, saat ini jumlah tempe yang diproduksinya turun hingga 50 persen. “Kalau dulu biasa 50 kilogram, sekarang paling banyak cuma 35 kilogram. Kadang malah cuma bikin 20 kilogram sehari,” ungkapnya. Akibat kenaikan harga bahan baku kedelai, perajin tempe di Pliken terpaksa memperkecil ukuran tempe dan menaikkan harga. “Kalau tempe yang pakai plastik, kita kecilkan ukurannya. Kalau tempe mendoan, harganya dinaikkan dari 400 jadi 500 rupiah,” ungkap Sarjono. Akibat kenaikan harga ini, banyak tempe mendoan yang tidak terjual. Beruntung Sarjono memiliki lemari es untuk menyimpannya, sehingga tempe yang tidak terjual dapat dijual kembali keesokan harinya. “Kalau saudara saya itu, yang nggak terjual dikasihkan ke tetangga. Daripada busuk sih,” ungkapnya. Pada awal Januari, Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Kementan RI) berjanji untuk menurunkan harga kedelai impor menjadi Rp 8.500. “Faktanya, bulan lalu malah sempat naik di atas Rp 10.000 dan sekarang di harga Rp 9.900 per kilogram,” kata Chika. Sarjono mengatakan, perajin tempe di Pliken sangat kecewa dengan tidak ditepatinya janji Kementerian Pertanian untuk menurunkan harga kedelai impor. “Kami sekeluarga besar perajin tempe semua. Keluarga kami semua mengantungkan hidup dari membuat tempe. Mohon pemerintah bisa memberikan solusi untuk rakyat kecil seperti kami,” kata Sarjono. Chika menambahkan, tempe dan tahu merupakan sumber protein yang sangat diperlukan oleh rakyat kecil. “Jangan karena yang dirugikan rakyat kecil, pemerintah hanya berjanji tanpa menepatinya. Rakyat kecil jangan di-PHP-in, lah,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: