3. Ketidakstabilan Mata Uang dan Inflasi
BACA JUGA:Deretan Kampus di Indonesia yang Miliki Jurusan Ekonomi Terbaik Tahun 2023
BACA JUGA:Peningkatan Ekonomi Daerah Butuh Sinergi Dengan Sektor Swasta
Ketidakstabilan mata uang dan inflasi menjadi gejala meruncing dalam konteks perang dan ekonomi global. Konflik bersenjata menciptakan ketidakpastian yang merayap, memicu kekhawatiran terhadap nilai mata uang dan mempercepat laju inflasi.
Investor cenderung mengambil langkah hati-hati, menarik investasi mereka, dan menyebabkan penurunan nilai tukar mata uang negara terlibat. Dalam situasi ini, masyarakat menghadapi tekanan ekonomi sebagai daya beli melemah, menciptakan lingkungan yang sulit untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
4. Krisis Kemanusiaan dan Pengungsian
Krisis kemanusiaan dan gelombang pengungsian yang melekat pada konflik bersenjata memberikan pukulan berat pada ekonomi global. Jutaan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka, menciptakan beban kemanusiaan yang mendalam.
Negara-negara yang menyediakan tempat bagi pengungsi mengalami tekanan ekonomi tambahan, sedangkan negara asal pengungsi kehilangan sumber daya manusia berharga.
Kondisi ini menciptakan tantangan sosial dan ekonomi yang kompleks, mempengaruhi stabilitas regional dan memiliki dampak jangka panjang terhadap pertumbuhan ekonomi global.
5. Terkendalanya Pembangunan
Terkedalanya pembangunan menjadi salah satu yang tak terhindarkan ketika perang menutup pintu menuju pertumbuhan ekonomi. Dana yang seharusnya dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur dan proyek ekonomi jangka panjang, teralihkan untuk pembiayaan kebutuhan militer dan pemulihan pascakonflik.
Hal ini mengekang potensi ekonomi negara terlibat dan mengurangi daya saing mereka dalam arena ekonomi global. Dengan pembangunan yang terhenti, impian pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan pun memudar di bawah bayang-bayang perang.
6. Kemiskinan
Kemiskinan meluas sebagai dampak mengerikan dari perang terhadap ekonomi dunia. Konflik bersenjata merampas sumber daya, merusak lapangan kerja, dan memotong akses masyarakat terhadap pendidikan dan layanan kesehatan.
Pengungsi dan warga sipil yang terdampak secara langsung menghadapi tantangan ekonomi yang luar biasa, seringkali terpaksa hidup dalam kondisi yang sulit. Perang menjadi pemicu langsung peningkatan angka kemiskinan, menciptakan spiral negatif yang menahan potensi ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.