Tradisi Buka Luwur Kanjeng Sunan Kudus menjadi sebuah perayaan yang menghormati jasa serta perjuangan besar Sunan Kudus dalam menyebarkan ajaran agama Islam di Kudus. Sebelum kedatangan Islam, masyarakat Kudus mayoritas memeluk agama Hindu dan Buddha, yang tercermin dalam keyakinan mereka terhadap sapi sebagai binatang yang dianggap suci dan harus dihormati, sehingga tidak boleh disembelih atau dagingnya dimakan.
Namun, Sunan Kudus muncul sebagai tokoh penting yang berjasa dalam mengubah panorama keagamaan di Kudus. Dedikasinya dalam penyebaran Islam membuat warisan yang ditinggalkannya tetap dijaga dan dilestarikan hingga hari ini.
Sejarah mencatat perjalanan Sunan Kudus yang mengembara dari satu tempat ke tempat lain untuk menyebarkan ajaran Islam. Bahkan sebelum menetap di Pulau Jawa, ia pernah melakukan perjalanan hingga ke Makkah.
Selain sebagai seorang da'i, Sunan Kudus juga dikenal karena perannya dalam jabatan pada masa kesultanan Kerajaan Demak. Berbagai tugas dan tanggung jawab yang diemban menjadikannya sosok yang sangat dihormati di masyarakat.
BACA JUGA:Mengintip Tradisi Bakar Batu, Cara Memasak Unik di Papua yang Sarat Toleransi
BACA JUGA:Serba-Serbi Tradisi Sekaten, Perayaan Budaya dan Agama Masyrakat Solo!
Kepakarannya dalam ilmu agama mengantarkannya mendapatkan gelar "Waliyyul Ilmi", mengukuhkan reputasinya sebagai seorang wali yang sangat mendalam dalam pengetahuan agama.
Upacara Buka Luwur menjadi bukti penghormatan dan penghargaan yang terus dilakukan terhadap Sunan Kudus, sebagai sosok yang berjasa dalam membawa perubahan besar dalam ranah keagamaan di Kudus.
Tradisi ini bukan hanya upacara formal, melainkan juga ungkapan terima kasih yang mendalam atas warisan spiritual yang telah ditinggalkannya bagi masyarakat Kudus dan sekitarnya.
Kehadiran acara ini telah menjadi sorotan utama masyarakat Kudus dan wilayah sekitarnya. Antusiasme yang meluap-luap dari mereka menjadi cerminan kekaguman dan kepatuhan mereka terhadap nilai-nilai tradisional yang mengikat.
BACA JUGA:Mengenal Tradisi Wagean Bumiayu
BACA JUGA:Potong Rambut Anak Gimbal, Tradisi Ruwatan Di Daerah Dieng.
Tidak hanya menjadi ajang keagamaan, tradisi ini juga menjadi momen solidaritas dan kebersamaan bagi masyarakat. Keterlibatan mereka dalam bergotong royong untuk memberikan sumbangan, baik berupa dukungan materi maupun non-materi, menjadi pilar utama kesuksesan upacara ini.
Saling bahu-membahu dalam mengumpulkan segala keperluan atau "uborampe" menjadi bukti nyata dari keharmonisan sosial yang terwujud dalam tradisi yang berakar kuat di dalam tradisi ini.
Setiap tahunnya, semangat kolaboratif masyarakat Kudus dan sekitarnya untuk menyukseskan acara Buka Luwur terus tumbuh dan menjadi contoh nyata kekompakan dalam menjaga dan melanjutkan tradisi nenek moyang.