Cerita Nurrohman, Peternak Burung Puyuh Asal Ajibarang
Berhenti dari dunia kuliner yang puluhan tahun digelutinya di Jakarta, lalu kembali hidup di desa untuk beternak burung puyuh menjadi pilihan Nurrohman (42). Tidak sedikit yang meragukan hasil dari usahanya beternak burung puyuh. Saat ini warga Grumbul Blabursari Desa Pancasan, Ajibarang tersebut mampu memanen setiap harinya 2.000 telur dari 2.500 ekor burung puyuh di kandangnya yang diberi nama Nunung Farm.
YUDHA IMAN PRIMADI, Banyumas
DITEMUI Radamas pada Jumat (27/10/2023), Nurrohman baru saja selesai membersihkan kandang burung puyuhnya seluas 8 X 12 meter yang berada tepat dibelakang rumahnya.
BACA JUGA:Selama Tiga Generasi, Sudah Ekspor ke Sejumlah Negara di Eropa
BACA JUGA:Dulu Alami Krisis Air Bersih, Kini Desa Lebeng jadi Sumber Air
Memasuki ruang tamu rumahnya, langsung dijumpai beberapa kandang burung puyuh hingga kemasan untuk mempacking telur-telur hasil panennya setiap hari. Tampak pagi itu, dua packing telur puyuh sudah diikat rapi siap untuk didistribusikan.
"Satu packing isinya 900 butir telur puyuh. Per packingnya Rp 305 ribu dengan berat tidak sampai 10 kilogram. Kalau ambil eceran lebih mahal. Satu kilogram sampai Rp 38 ribu," katanya.
Nurrohman mengungkapkan, usaha beternak burung puyuh sudah dirintisnya sejak tahun 2016. Jatuh bangun ketika ribuan ekor burung puyuhnya semua mati dan tersisa ratusan ekor sudah dirasakannya. Semua diterimanya sebagai sebuah resiko berusaha.
Pandemi kurang lebih tiga tahun memperburuk keadaan. Banyak rekan-rekan sesama peternak puyuh tumbang karena kesulitan memasarkan telurnya. Untuk wilayah Ajibarang sendiri sepengetahuannya sampai saat ini hanya tinggal beberapa gelintir peternak puyuh di Kracak Darmakradenan yang bertahan.
"Di Pancasan tinggal saya sendiri. Intinya saat pandemi harus pintar menyesuiakan. Tidak perlu terlalu banyak indukan dan perbanyak jaringan. Alhamdulillah bertahan," ungkapnya.
Disinggung mengenai omset harian, dengan 2.500 ekor burung puyuh di kandang, per hari Nurrohman bisa panen sampai 2.000 telur. Dari 2.000 telur tersebut setelah disortir ukuran yang layak jual, dua packing telur puyuh siap jual didapatnya.
Dengan pendapatan per hari minimal Rp 610 ribu, pengeluaran hanya di pakan. Sehari pakan habis Rp 350 ribu. Artinya untuk omset bulan tembus Rp 18 juta.
"Satu hari minimal Rp 200 ribu sudah pasti. Untuk ukuran hidup di desa sudah lebih dari cukup," jawab Nurrohman.
Adapun target ke depan, dirinya akan menambah indukan burung puyuh berjenis lokal di kandangnya sampai kalsaitas maksimal hingga 4.000 ekor. Di luar pemasukan dari telur, burung puyuh yang sudah tidak produktif lagi dagingnya juga laku dijual Rp 3.500 per ekor.