Sambut Pergantian Tahun, Dua Jolen Bekepala Burung dan Naga Dilarung ke Laut

Jumat 21-07-2023,14:54 WIB
Reporter : Rayka Diah Setianingrum
Editor : Laily Media Yuliana

CILACAP, RADARBANYUMAS.CO.ID - Pemandangan menarik terlihat di Pantai Srandil, Adipala. Ribuan orang dari  Paguyuban Penghayat Kepercayaan Cahya Buwana, berbondong-bondong berjalan kaki membawa sejumlah jolen dan gunungan, Jumat (21 Juli 2023).

Tradisi yang setiap tahunnya dilaksanakan ini, merupakan tradisi perayaan pergantian tahun pada 1 Suro atau awal bulan pertama dalam Tahun Baru Jawa. 

Ada dua buah jolen berkepala naga dan burung yang di arak. Kemudian dua gunungan berisi jajan pasar dan hasil bumi itu dilarung ke laut.  

BACA JUGA:Sepuluh Gunungan Hasil Bumi Meriahkan Satu Sura di Karanggedang

Para penghayat berjalan dari Padepokan Mandalagiri Srandil menuju Pantai Srandil sejak pagi buta. Mereka memakai pakaian adat khas Jawa, sembari membunyikan kentongan dan alat musik tradisional lainnya. 

Sesampainya di bibir pantai, sejumlah ritual dan doa-doa di lakukan. Usai melakukan ritual, jolen-jolen dan gunungan itu dilarung ke pantai. Warga yang ikut menonton, berebut jajanan dan hasil bumi yang kembali hanyut usai di larung. 

"Ini merupakan bentuk keseimbangan alam. Bentuk rasa syukur kita atas yang diberikan Yang Maha Kuasa. Di dalam laut sana banyak yang kita ambil, ada ikan dan lainnya," tutur Ketua Yayasan Paguyuban Cahya Buwana, Budiyanto Hermawan. 

Selain itu, 1 Suro merupakan bentuk refleksi untuk merenungkan berbagai hal yang sudah terjadi selama satu tahun ini. 

Budiyanto mengatakan, melalui larungan tersebut, menjadi bagian dari budaya penghayat Jawa dan suatu kekayaan berupa khazanah yang harus dilestarikan.

"Sebelumnya kita juga melepaskan 350 ekor burung perkutut. Ini sebagai simbol dari keseimbangan," ujarnya. 

BACA JUGA:Sambut Hari Anak Nasional, Anak-anak Tunagrahita Diajak Naik Kereta

"Kemudian tadi juga dilakukan pelepasliaran tukik/penyu. Seperti yang kita tahu penyu merupakan hewan yang selalu kembali ke tempat asalnya saat dilahirkan. Ini sebagai perwujudan bahwa manusia harus kembali ke sumber asalnya," imbuh Budiyanto. (ray)

Kategori :