Oleh Supriyatini
PANDEMI Covid-19 yang belum berakhir menyebabkan pelaksanaan sistem pembelajaraan daring masih menjadi salah satu kebijakan dari pemerintah bagi sebagian besar wilayah di Indonesia. Meskipun diwarnai dengan pro dan kontra, kebijakan pemerintah ini harus kita dukung. Kondisi pembelajaran pada masa pandemi menyebabkan guru harus bisa menciptakan pembelajaran yang kreatif, inovatif dan efektif dengan menggunakan media, model dan metode pembelajaran yang tepat.
Pelaksanaan pembelajaran pada masa pandemi tetap mengacu pada keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran (student centered) dan peran guru sebagai fasilitator. Salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik yaitu dengan menggunakan satu dari tiga model pembelajaran yang menjadi andalan kurikulum 2013 yaitu model Problem Based Learning (PBL), yakni model pembelajaran yang berbasis pada teori belajar konstruktivisme yang dikenalkan oleh John Dewey dkk. Model pembelajaran ini mempersiapkan peserta didik untuk berpikir kritis dan analitis, untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai (Amir, 2010 : 21). Model pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menggunakan berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik secara individu maupun kelompok dengan menggunakan lingkungan nyata/sekitar untuk menyelesaikan permasalahan sehingga bermakna, relevan dan kontekstual.
Kelebihan dari penggunaan model Problem Based Learning yaitu diantaranya; pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013 yaitu berpusat pada peserta didik, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, berpikir tingkat tinggi/kritis, berkomunikasi dan berkolaborasi, memotivasi peserta didik dalam mempelajari konsep dan materi baru, dan pada akhirnya model PBL ini membantu cara peserta didik untuk belajar sepanjang hayat. Walaupun pada pelaksaaannya model PBL memiliki kelemahan pada penerapannya, yaitu jika peserta didik kurang memahami materi maka peserta didik akan sulit untuk memecahkan masalah, jika peserta didik memiliki kepercayaan bahwa masalah yang diberikan itu sulit maka siswa akan merasa malas untuk memecahkan masalah tersebut, dan membutuhkan waktu cukup lama untuk mempersiapkannya model PBL pada pembelajaran. Namun demikian, model PBL sangat membantu dalam mengembangkan rasa percaya diri peserta didik yang tinggi dan mampu belajar secara mandiri, sehingga model PBL sudah dicoba digunakan oleh penulis di SDN 1 Kebokura, Kecamatan Sumpiuh, Banyumas.
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model Problem Based Learning, langkah-langkah pembelajaran yang penulis lakukan berpedoman pada 5 (lima) langkah kerja /sintak yang ada, yaitu pertama, orientasi peserta didik pada masalah. Sebelum pelajaran dimulai, peserta didik diberikan masalah. Masalah yang diberikan adalah masalah yang memiliki konteks dengan dunia nyata, Dunia nyata tersebut dekat dengan lingkungan peserta didik di rumah, karena di masa pandemi peserta didik banyak menghabiskan waktu di lingkungan rumah. Peserta didik mengamati dan memahami masalah yang disampaikan oleh guru berupa teks bacaan dan gambar ataupun videoyang ditampikan melalui power point pada Google Meet dan dikirimkan melalui WhatsAppGroup (WAG).
Langkah kedua, dari masalah yang diberikan ini peserta didik kemudian bekerjasama dalam kelompok, berdiskusi dan membagi tugas untuk mencoba memecahkan masalah dengan kemampuan yang dimiliki, dan sekaligus mencari informasi-informasi baru yang relevan. Guru memastikan bahwa setiap anggota kelompok memahami tugasnya masing-masing.
Langkah ketiga, peserta didik melakukan penyelidikan, seperti mencari data/referensi/sumber untuk bahan diskusi kelompok. Disini peran guru adalah sebagai fasilitator yang mengarahkan peserta didik dalam mencari dan menemukan solusi dan sekaligus menentukan kriteria pencapaian proses pembelajarannya. Pengarahan dilakukan melalui online jarak jauh bisa melalui video call.
Langkah keempat, berdasarkan hasil diskusi peserta didik menemukan solusi pemecahan masalah dan mempresentasikan/menyajikan hasilnya. Pada tahap ini guru memantau diskusi dan membimbing pembuatan laporan sampai siap untuk dipresentasikan.
Langkah terakhir, setiap kelompok melakukan presentasi melalui Google Meet, guru membimbing presentasi dan mendorong kelompok lain untuk memberikan apresiasi/penghargaan dan masukan kelompok lain. Diakhir kegiatan guru bersama peserta didik menyimpulkan materi.
Pilihan pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah di masa pandemi Covid-19 sangatlah tepat dilakukan. Model PBL ini dinilai sangat efektif untuk meningkatkah aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Selain itu PBL juga sangat baik untuk mengembangkan rasa percaya diri siswa yang tinggi dan mampu belajar secara mandiri di masa pandemi, dimana pada pembelajaran daring sebagian peserta didik yang mengalami penurunan motivasi belajar yang berpengaruh juga pada kurangnya berfikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah yang pada akhirnya berdampak pada rendahnya hasil belajar peserta didik. Berdasarkan paparan di atas penulis menggunakan model PBL dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan harapan peserta didik lebih mudah memahami materi dan meningkatkan motivasi peserta didik dalam proses pembelajaran, tentunya juga dengan penggunaan media pembelajaran yang menarik untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik di masa pandemi dan tercapainya kompetensi dasar. (*/Penulis adalah guru kelas II di SDN 1 Kebokura, kecamatan Sumpiuh, Banyumas)