Mengenal Seni Begalan Budi Rahayu Desa Banjarwaru Nusawungu Cilacap

Selasa 20-09-2016,14:11 WIB

Ingin Lestarikan Adat Jawa Tak Pernah Pasang Tarif Seni budaya Jawa memang sangat beragam dan diantaranya terancam punah. Hal itulah yang membuat seniman begalan merasa perlu untuk melestarikannya. DARYANTO, Nusawungu Dalam sebuah momen pernikahan sebelum sepasang pengantin akan disandingkan, ada sebuah adegan dua rombongan yang saling bertengkar. Satu rombongan yang membawa berbagai barang-barang rumah tangga dihalang-halangi oleh rombongan lainnya yang bertampang sangar. Pertengkaran pun terjadi saat rombongan yang merupakan utusan salah seorang keluarga untuk mengantar barang-barang sebagai persiapan pernikahan anaknya. Namun ditengah jalan serombongan begal dengan wajah sangar menghalangi dan meminta untuk menyerahkan barang bawaan. Diplomasi yang canggih ternyata mampu meloloskan rombongan tersebut untuk sampai ke tujuan. Meskipun harus dilalui dengan sebuah perkelahian hingga sejumlah barang menjadi rusak. Gambaran itu dituturkan satu persatu dalam sebuah adegan begalan. Beragam adat budaya telah diwariskan oleh nenek moyang suku Jawa. Satu diantaranya adalah seni Begalan yang menjadi adat bagi pernikahan adat Jawa. Dan dari sedikit seniman yang masih bertahan melestarikan adat begalan yakni grup Seni Begalan Budi Rahayu yang di motori oleh Kasikin dan Karyono. Warga Desa Banjarwaru RT 1 RW 5 Kecamatan Binangun ini mengaku sudah ikut terlibat dalam seni budaya di Desa Adat Banjarwaru sejak tahun 1980-an. Dia menceritakan dulu Banjarwaru dikenal dengan berbagai keseniannya. “Dari Seni Calung Banyumasan atau lengger hingga seni Begalan. Seni begalan kemudian yang masih bisa di lestarikan karena memang pemainnya tidak terlalu banyak dan juga masih banyak di pakai oleh masyarakat,”kata Kasikin. Dalam sejarahnya seni Begalan memang digunakan oleh masyarakat yang masih percaya dengan adat kebiasaan Jawa untuk menghilangkan sukerta atau kesialan. Namun dalam perkembangan seni begalan juga untuk hiburan. “Ya untuk melengkapi adat dalam sebuah pernikahan yang menggunakan adat Jawa. Seni begalan sendiri sekarang menjadi lumrah kembali untuk sebauh acar perikahan. Khususnya di daerah Banyumas raya,”beber dia. Lebih jauh dia mengakui jika seni begalan merupakan satu dari sekian banyak adat budaya yang dulu berkembang di wilayah Banyumas. Dans ekarangs udah banyak kesenian yang mengalami kemunduran. “Contoh seni lengger. Padahal dulu seni lengger menjadi sebuah kegiatan kesenian yang punya nilai jual tinggi. Tidak kalah dengan seni wayang,”terangnya. Namun seiring dengan kemajuan jaman seni lengger hampir punah. Sudah tidak banyak lagi grup kesenian yang mampu bertahan. Bahkan para senimannya sudah tidak aktif lagi. Karena darah senia yang ada di dada Kasikin maka dia beralih ke seni Begalan. “Ya selain terkadang mendapat job dari para perias pengantin kami memang ingin melestarikan satu daris ekian kesenian yang hampir punah,”terang dia. Diapun berharap seni Begalan dapat terus lestari. Sebab selain karena merupakan adat yang cukup tua juga sekarang masih relevan. Sebab seni begalan dengan berbagai barang yang dibawa mempunyai lambang – lambang tentang keidupan yang akan di lakoni oleh pasangan pengantin. “Seperti kukusan yang limas dengan lima sudut yang melambangkan lima langkah yang harus dilakukan untuk sebuah tujuan,”kata dia menjelaskan.(*)

Tags :
Kategori :

Terkait