Ribuan Guru Antarkan Sulistyo

Rabu 16-03-2016,10:33 WIB

[caption id="attachment_101912" align="aligncenter" width="500"] Presiden Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono memberikan penghormatan terakhir kepada jenazah anggota DPD asal Jateng yang juga Ketua Umum PGRI, Sulistyo di rumah duka di Semarang, Selasa (15/3). ----- FOTO : ADITYO DWI/JAWA POS RADAR SEMARANG[/caption] PGRI Berkabung Tujuh Hari BANJARNEGARA – Kabar meninggalnya Dr Sulistyo Mpd membuat keluarga besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) terkejut. Tidak sedikit guru yang berkaca-kaca mengenang perjuangan sosok pejuang bagi guru itu. Tidak heran jika ribuan guru mengantarkan Sang Guru- begitu mereka menyebut Sulistyo, ke peristirahatan terakhir di Desa Kalitegah RT 1 RW 5 Kecamatan Purwanegara, Banjarnegara itu. Rumah sederhana di balik tingginya perbukitan Sugeng di Desa Kalitengah RT 1 RW 5, Kecamatan Purwanegara terus dibanjiri ribuan pelayat sejak Selasa (15/3) pagi. Pelayat yang datang dari berbagai daerah seperti Kendal, Temanggung, Semarang dan lainnya ini terus bertambah ketika jenazah korban ledakan tabung di Rumah Sakit Mintoharjo, itu tiba di rumah duka pukul 16.30 WIB. Isak tangis pun tak bisa dibendung. Sambil diiringi shalawat, korban yang merupakan putra pasangan Suwito (76) dan Suparmi (74) ini diturunkan dari mobil jenazah. Bahkan, Suparmi, ibu korban tidak kuat menahan kesedihanya ketika anak kandung satu-satunya ini diturunkan dari mobil jenazah. Tidak menunggu lama, jenazah korban pun langsung disalatkan. Terlihat Wakil Gubernur Jawa Tengah Heru Sudjatmoko, Bupati Banjarnegara Sutedjo Slamet Utomo, Wakil Bupati Hadi Supeno dan pelayat lainnya. Jenazah kemudian dimakamkan di pemakaman keluarga sekitar 600 meter dari rumah duka. Meski pemakaman sudah usai, pelayat terus berdatangan. Paman korban, Suprihanto menuturkan jika jenazah Sulistyo sengaja dibawa pulang ke tanah kelahirannya untuk diistirahatkan di pemakaman keluarga. Sebab, sebelum meninggal dunia, pria yang lahir 12 Februari 1962 ini telah berpesan agar dimakamkan di tanah kelahirannya, Desa Kalitengah. “Beliau telah berpesan, katanya dari ndeso bali ndeso. Karena itu amanah jadi harus dilaksanakan,” kisah Suprihanto, kemarin. Sementara itu, kematian Sulistyo juga menjadi hari bekabung bagi PGRI. Untuk menghormati semua jasa-jasa ketua umum PGRI pusat ini, dilakukan pengebaran bendera PGRI setengah tiang dalam tujuh hari kedepan. Berdasarkan pengamatan Radarmas, sejumlah sekolahan dan rumah-rumah warga menuju tanah kelahirannya Sulistyo juga terlihat bendera PGRI dikibarkan setengah tiang. Ketua PGRI Banjarnegara Sukirman mengatakan aksi ini dilakukan sebagai bentuk duka terhadap meninggalnya Dr Sulistyo Mpd yang telah dianggap sebagai pahlawan guru tersebut. Pengibaran bendera ini, kata dia dilakukan tidak hanya di Banjarnegara, namun juga di daerah-daerah lain. “Seperti di Kabupaten Temanggung dan lain-lain,” ungkapnya, Selasa (15/3). Menurutnya, pengibaran bendera PGRI setengah tiang ini tidak ada apa-apanya dengan apa yang telah dilakukan Dr Sulistyo Mpd selama ini. Seperti, saat memperjuangan sertifikasi guru. Saat itu, kisahnya Dr Sulistyo Mpd yang sempat menjadi rektor di IKIP Semarang ini rela bolak-balik pergi ke Jakarta. “Sekarang hasil yang beliau perjuangkan telah bisa dinikmati guru-guru saat ini,” lanjut dia. Kesedihan juga dilontarkan salah satu guru honorer K2 Umi Haniah. Meski mengaku baru bertemu satu kali saat aksi Bulan September 2015 lalu, namun Umi merasa sudah mengenal dengan sosok Dr Sulistyo Mpd. Mengingat kegigihanya dalam membantu guru honorer dinilai sudah maksimal. “Namun dengan kepergiannya justru memicu semangat kami. Dan kami mendoakan semoga amal ibahnya diterima di sisiNya,” doa guru honorer yang telah mengajar 12 tahun itu. Rasa duka dan kehilangan juga dirasakan puluhan guru di wilayah UPK Ajibarang, Banyumas. Mereka menggelar salat gaib atas meninggalnya Sulistyo di Masjid At Taqwa Ajibarang, Selasa (15/3) usai salat duhur. Ketua PGRI Cabang Ajibarang Kusnaeni mengatakan, sebagai bentuk rasa duka tersebut puluhan guru baik yang sudah berstatus PNS maupun honorer mengikuti salat gaib yang dipimpin Muhammad Samsudin SAg. Almarhum memiliki kesan tersendiri bagi guru di wilayah Banyumas terutama di AJibarang termasuk soal perjuangannya untuk mengangkat guru honorer menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). "Almarhum adalah orang yang tangguh. Penuh komitmen dan membela nasib guru honorer di seluruh Indonesia. Saya pernah mengikuti kegiatan bersama almarhum seperti acara di Pekuncen dan di Purwokerto. Orangnya sangat kharismatik dan berwibawa,"kata Kusnaeni usai kegiatan. Lebih lanjut Kusnaeni mengatakan, cita-cita almarhum agar sektor pendidikan diutamakan demi kemajuan bangsa terlebih dalam memperjuangankan hak guru terutama peningkatan kesejahteraannya. Selain itu, almarhum berjasa dalam meningkatkan kinerja serta mendorong tumbuh kembang layanan guru di Indonesia. Hal ini dirasakan para guru bukan hanya di Banyumas namun di Jawa Tengah. "Belakangan yang paling terlihat adalah memperjuangan guru honorer. Sebab guru honorer atau wiyata bakti sangat penting mengingat kurangnya guru terutama di tingkat sekolah dasar,"jelasnya. Salah satu guru, Wanto Tirta mengatakan, salah satu perjuangan Sulistyo, yang juga menjadi anggota DPD RI itu adalah pemihakan kesejahteraan guru. Bentuknya berupa turunnya tunjangan profesionalisme guru atau sertifikasi. "Kami sangat kehilangan dan saya kira negeri ini berduka terlebih bagi honorer K2 yang selama ini terus diperjuangkan oleh almarhum. Kami mendoakan semoga almarhum diterima amal kebaikannya oleh Allah SWT,"jelasnya. Duka mendalam juga dirasakan ratusan anggota PGRI Kecamatan Buluspesantren, Kebumen. mereka menggelar Salat Ghaib dan doa bersama. Salat Ghaib dengan Imam KH Munawir Ghozali itu, dilaksanakan di Masjid Jami’ Al Ghozali Desa Rantewiringin, Kecamatan Buluspesantren, Selasa (15/3). Terlihat Wakil Ketua II PGRI Kebumen Sunaryo SPd, Ketua PGRI Kecamatan Buluspesantren Pujiono SPd, dan Penasehat PGRI Kecamatan Buluspesantren Sururudin Al Mansur SPd. “Kita selaku warga pendidikan, sangat berduka atas peristiwa tersebut. Maka dari itu marilah kita melaksanakan Sholat Ghaib dan doa bersama,” tutur Sururudin yang juga menjabat sebagai Kepala UPTD Dinas Dikpora Kecamatan Buluspesantren. Dijelaskannya, pada doa bersama kali ini, seluruh anggota PGRI Kecamatan Buluspesantren akan mendoakan serta mohon ampunan kepada Alloh SWT atas semua amal Sulistyo semasa hidupnya. Semoga Alloh menerima semua amal baik Sulistyo dan memaafkan semua kesalahannya. “Saat mendengat kabar duka tersebut, kita langsung mengundang semua anggota untuk sholat dan berdoa bersama. Selain itu kita juga meminta agar PGRI Kabupaten Kebumen, menginstruksikan kepada semua PGRI Kecamatan untuk melakukan sholat dan doa bersama,” katanya.(mam/uje/gus/acd)

Tags :
Kategori :

Terkait