Sariman, Lulusan MI Ciptakan Mini Roller

Jumat 04-03-2016,10:17 WIB

Pakai Barang Bekas, Sudah Ditawar Rp 25 Juta SIDAREJA- Kreativitas memang tidak mengenal jenjang pendidikan, umur atau tempat tinggal. Bahkan daya kreasi sering muncul jika seseorang hidup dalam lingkungan penuh keterbatasan. Hasilnyapun sering mengagumkan dan tidak pernah disangka orang di sekitarnya. Salah satu contoh manusia penuh daya kreasi ini adalah Sariman, warga Dusun Sidasari Desa Tambakreja yang mampu menciptakan selender kecil atau mini roller dari barang bekas. Kain penutup yang sudah pudar, tiba-tiba dibuka oleh pria berpeci hitam. Sepintas, kendaraan ini mirip dengan  selender yang biasa dipakai meratakan tanah di proyek jalan. Hanya saja, roda depan dan belakang ukurannya hampir sama. Tidak seperti stum whales buatan pabrik dimana roda depan lebih besar. Di bagian atas, nampak ada penutup berbahan plat ringan dan dicat biru. Gunanya untuk melindungi operator alat ini dari sengatan sinar matahari. Di bagian depan ada kemudi bekas mobil yang terhubung dengan piranti untuk bisa membelokkan mini roller itu. Alat berat tersebut ternyata baru selesai dirakit pada 17 Februari lalu oleh Sariman. "Terakhir merakit tanggal tujuh belas kemarin," ujarnya memulai cerita. Dia menjelaskan, seluruh komponen alat pelindas itu menggunakan barang bekas. Tempat duduk yang dia ambil dari bekas jok vespa. Demikian juga dengan plat untuk menutup body yang dia beli dari pedagang rongsok di dekat rumahnya. "Semua dari barang bekas. Hanya laher roda depan, kran dan pipa air yang harus dibeli. Laher harus baru. Kalau bekas takut lepas," ungkapnya. Menurut dia, ide ini berawal dari keinginannya menambah penghasilan karena usaha bengkel sepeda motornya belum mampu mencukupi kebutuhan. Apalagi dia harus menghidupi 4 anak yang kini tengah menimba ilmu di SD dan SMP. Selain itu, hasil kreasinya juga harus benar-benar beda tapi tetap dibutuhkan warga. "Lalu muncul ide untuk membuat slender,"ujarnya mengenang. Untuk mewujudkan cita-citanya itu, dia mengumpulkan berbagai material, mulai dari plat, pipa, mesin kompresor dan pompa air serta perlengkapan lain. Beberapa barang dia peroleh dengan cara menghutang kepada teman atau pedagang barang bekas. Setelah semua terkumpul, satu persatu dirakit. Beberapa bagian dia sambung dengan las agar lebih kuat. Total dia membutuhkan waktu 4 bulan sampai alat ini bisa berjalan dan menggilas. "Butuh waktu empat bulan," ujarnya. Sariman mengaku tidak menghitung secara pasti dana yang di akeluarkan. Namun dari kalkulasi awal muncul angka Rp 15 juta, belum termasuk biaya tenaga dan pemasangan. Ini karena proses perakitan dia lalukan sendiri. "Kurang lebih habis Rp 15 juta," ujarnya. Alat ini  digerakkan oleh 2 mesin dibagian depan dan belakang. Mesin di belakang memakai bekas pompa air berkekuatan 6 PK. Sementara mesin depan memakai kompresor. Mesin di bagian depan ini memiliki fungsi untuk menggetarkan agar roda bisa menekan tanah lebih kuat. Sariman mengaku alat ini masih jauh dari sempurna seperti masalah pada getaran di roda depan yang belum terlalu kuat. Selain itu, kopling juga menjadi kendala tersendiri. Demikian juga dengan piranti penghenti yang belum terpasan sama sekali. "Masih belum sempurna," kata dia. Meski demikian, alat ini sudah ada peminat dan menawar Rp 25 juta. Namun untuk sementara Sariman belum mau melepasnya. Alat juga sudah disewa untuk pembuatan SPBU Mini di Desa Tambaksari. Beberapa kegiatan perbaikan jalan lingkungan bahkan sudah meminta Sariman mengirimkan alat ini. "Sudah ada job (order) di tiga tempat. Kemarin sudah dipakai untuk mengaspal SPBU," katanya. Tidak adanya rem ini sempat mengundang gelak tawa Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang datang kesana, Kamis (3/3) kemarin bersama Bupati Cilacap, Tatto Suwarto Pamuji. Gubernur mengaku piranti ini harus dipasang agar lebih aman. "Ini sudah bagus tapi harus disempurnakan,"kata Ganjar. Karenanya, dia mendorong Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Cilacap membantu Sariman untuk perbaikan. Bahkan jika dimungkinkan bisa mendapatkan sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI). Dengan demikian, alat ini bisa diproduksi lebih banyak. "Dinas harus membantu, membimbing dan menfasilitasi agar alat ini bisa lebih dikembangkan lagi. Tapi ini (SNI-red) masih jauh karena baru generasi pertama," ujarnya. Dia mengaku tertarik dengan kreasi Sariman. Dorongan dan bantuan pemerintah daerah termasuk pusat, bisa dilakukan. (har/din/acd)

Tags :
Kategori :

Terkait