Di tengah kawasan hutan pinus nan teduh. Warga dua RT di Desa Watuagung mengukir rasa syukur dan terima kasih atas sentuhan pembangunan infrastruktur. Mereka menciptakan tradisi rawat jalan.
FIJRI RAHMAWATI, Banyumas
KETULUSAN hati terpancar dari wajah-wajah ayu khas pedesaan. Para perempuan warga RT 4 dan 5 RW 3 Gerumbul Karangjambe Desa Watuagung Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas ini menyalakan kesadaran bersama untuk memelihara jalan desa.
Jalan desa berupa cor beton ini bagi warga setempat terbilang istimewa. Bukan sekedar akses lalu lintas aktivitas keseharian penduduk. Tapi, saksi tentang kekompakan dan gotong royong.
BACA JUGA:Kisah Perjuangan R dan N, Anak Penyandang HIV di Purbalingga
"Jalan desa dibangun dari program Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) pada tahun 2019," kata Kepala Dusun 1 Desa Watuagung Nuryadi, Selasa (16/12).
Sekira enam tahun berlalu dari momentum tersebut. Simpul ikatan gotong royong dan kekompakan tidak terurai oleh waktu. Para perempuan secara rutin telah meluangkan waktunya hingga kini. Setiap seminggu sekali membersihkan jalan berbekal sapu lidi.
Tindakan mereka tampak kecil, hanya menyapu jalan. Namun, sejatinya terkandung makna besar sebagaimana filosofi sebatang lidi yang mudah patah dan tak berarti apa-apa. Lantas, ketika lidi-lidi diikat menjadi satu maka tercipta kekuatan besar untuk membersihkan yang kotor.
"Ibu-ibu rawat jalan agar bersih serta tidak mudah rusak betonnya," sambung Nuryadi.
BACA JUGA:Mengenal Lebih Dekat Pedot Kodok, Permainan Anak Tradisional Asli Purbalingga
Dedaunan, ranting dan bunga pinus kering yang berjatuhan. Juga, bagian pohon lainnya yang berguguran. Tangan-tangan para perempuan ini setia memperlakukan jalan desa dengan penuh perhatian. Sehingga wajah lingkungan senantiasa asri dan indah.
Usai menyelesaikan misi menyapu sampah yang berserakan di jalan desa. Para perempuan Gerumbul Karangjambe ini masih memiliki agenda. Mereka melanjutkan menggelar arisan yang bertempat di ujung jalan.
Arisan di alam terbuka, di bawah hamparan langit biru dengan semilir angin yang menyejukan khas wilayah perbukitan hutan pinus. Acara ini bukan semata rutinitas, melainkan energi yang semakin menguatkan simpul ikatan gotong royong dan kekeluargaan.
"Karena di tempat ini mengesankan bagi kami. Sehingga terbentuklah gerakan masyarakat untuk menciptakan lingkungan sehat dan menyenangkan," tandas Nuryadi. (*)