CILACAP, RADARBANYUMAS.CO.ID – Angkutan pedesaan di Kabupaten Cilacap menghadapi tantangan serius. Jumlah penumpang yang terus menurun membuat para sopir angkutan desa menjerit. Kondisi ini dikhawatirkan mengancam keberlangsungan transportasi publik di wilayah-wilayah terpencil.
Salah satu sopir angkutan desa trayek Cilacap-Jeruklegi, Budi (55), mengungkapkan keprihatinannya. "Sekarang ini cari penumpang susah sekali, Mas. Sehari bisa dapat Rp 50 ribu saja sudah untung. Dulu, sebelum ada motor dan aplikasi online, sehari bisa dapat sampai Rp 200 ribu lebih," keluhnya saat ditemui di Terminal Cilacap.
Menurut Budi, sebagian besar penumpang kini beralih menggunakan sepeda motor pribadi atau memilih transportasi daring karena dianggap lebih praktis dan cepat.
Kepala Seksi Angkutan Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Cilacap, Triharyanto, tidak menampik kondisi tersebut.
BACA JUGA:Angkutan Kota di Cilacap Kian Sepi, Pendapatan Sopir Turun Drastis
"Kami memahami betul keluhan para sopir angkutan desa. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Cilacap, melainkan juga di banyak daerah lain. Perkembangan teknologi dan peningkatan kepemilikan kendaraan pribadi menjadi faktor utama," jelas Tri.
Meski demikian, Dishub Cilacap tidak tinggal diam. Berbagai upaya sedang digodok untuk mengatasi masalah ini.
"Kami sedang mengkaji beberapa opsi, antara lain penyesuaian rute angkutan agar lebih menjangkau daerah padat penduduk yang belum terlayani optimal, kemudian kemungkinan integrasi dengan layanan transportasi daring, serta pemberian subsidi untuk rute-rute yang secara ekonomi kurang menguntungkan namun sangat dibutuhkan masyarakat," paparnya.
Ia menambahkan, Dishub juga akan mengadakan dialog rutin dengan para pengusaha dan sopir angkutan untuk mencari solusi terbaik secara bersama-sama.
Kondisi sepinya angkutan desa ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah daerah. Keberadaan angkutan umum sangat vital, terutama bagi masyarakat di pedesaan yang tidak memiliki kendaraan pribadi atau akses terhadap transportasi daring. (rey)