BANJARNEGARA, RADARBANYUMAS.CO.ID - Ribuan orang memadati Pendapa Dipayudha Adigraha, dalam pengajian akbar yang digelar Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Banjarnegara.
Acara ini tak sekadar penyambutan bagi para jemaah haji 2025, melainkan juga menjadi panggung seruan moral agar para haji tidak berhenti hanya pada gelar, tetapi aktif menjadi teladan dan penggerak perubahan sosial.
Ketua panitia kegiatan, Eko Juniadi, menegaskan bahwa pengajian ini adalah bagian dari tradisi IPHI dalam menjaga spirit kemabruran haji. Menurutnya, nilai “mabrur” bukan semata-mata diraih di Tanah Suci, melainkan dibuktikan dalam laku hidup sehari-hari.
“IPHI adalah wadah nirlaba yang bertujuan memupuk dan memelihara kemabruran haji sepanjang hayat. Jadi, haji mabrur bukan hanya mereka yang baru pulang dari Tanah Suci, tetapi juga mereka yang terus menjaga nilai-nilai itu dalam kehidupan sehari-hari,” tegas Eko, Rabu (25/6/2025).
BACA JUGA:Haru Sambut Kloter Terakhir, Jemaah Haji Tiba di Banjarnegara
Sikap serupa digaungkan Wakil Bupati Banjarnegara, Wakhid Jumali, Lc., yang turut hadir menyampaikan sambutan. Ia menekankan bahwa kemabruran harus diterjemahkan dalam sikap sosial dan kontribusi nyata terhadap lingkungan.
“Kesulitan yang ditempuh sebanding dengan harapan yang direngkuh. Jadilah haji mabrur sepanjang hayat, bukan hanya selepas pulang dari Tanah Suci,” ujar Wakhid.
Ia berharap para haji menjadi motor keteladanan, terutama dalam menyebarkan nilai-nilai kejujuran, keikhlasan, dan kepedulian di tengah masyarakat.
“Haji dan hajjah harus bisa menjadi agen perubahan dan turut serta dalam pembangunan daerah,” imbuhnya.
BACA JUGA:Hujan Air Mata Haru Warnai Kepulangan Jamaah Haji
KH. Muhammad Nadif dari Banyumas menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya menjadikan pengalaman haji sebagai titik tolak memperbaiki diri dan memperbanyak amal sosial.
“Semua peristiwa yang terjadi selama ibadah haji, dari wukuf hingga tawaf, hendaknya menjadi pengingat dan penggerak amal. Salah satunya melalui sedekah jariyah, karena sedekah bisa meredam panasnya alam kubur,” katanya.
KH. Nadif juga mengingatkan soal kepastian kematian dengan analogi jenaka namun menyentuh. “Kita datang ke Tanah Suci bersama-sama, tetapi kelak di kubur kita sendiri-sendiri. Semua yang hadir pasti akan kembali. Entah ke Balikpapan, Sukabumi, atau tempat lainnya. Tapi pasti kembali,” ucapnya.