Pertama di Purbalingga, Satukan Kepuasan Hati dan Manjakan Mata Pengunjung
Kepuasan seseorang terhadap suatu benda maupun nonbenda sangat tergantung pada hati. Bahkan, harus didukung oleh mata yang dimanjakan pada suatu benda atau karya. Seperti melukis, memotong rambut (di barber), dan menyeduh kopi, semuanya menjadi kreativitas yang mengandalkan kekuatan hati agar konsumen merasa puas.
AMARULLAH NURCAHYO, PURBALINGGA
Adalah Sugeng Riyadi, pria kelahiran 53 tahun lalu. Ia menerapkan konsep pangkas rambut (barbershop), coffee shop, dan galeri lukisan. Ketiga keterampilan itu lebih dari sekadar teknik, karena proses awal berasal dari inspirasi jiwa yang akhirnya mewujudkan keunikan alami yang mengalir dengan penuh makna.
Sejak tahun 2012, kolaborasi usaha kreatif ini menjadi pilihannya di wilayah Kelurahan Karangsentul, Kecamatan Padamara. Ia yang menganut aliran lukis realisme memajang karya-karya lukisan pada setiap dinding tempat usahanya.
Pelukis yang tergabung di Komunitas Wongso Art Purbalingga ini terus mencari ide agar hobi melukis, memotong rambut, dan menyeduh kopinya tersalurkan.
BACA JUGA:Bumbu Giling Laris Manis, Antrean Panjang Jadi Cerita Tradisi
“Melukis, memotong rambut, dan menyeduh kopi ini menjadi pekerjaan yang menjanjikan, selain hobi yang tersalurkan. Kepuasan hati saya dan kepuasan pengunjung tersampaikan,” kata pria penyuka blangkon ini.
Suami dari Supriyatin ini memastikan, suasana warkop dan galeri lukisnya cocok untuk siapa pun yang ingin menikmati waktu bersama pasangan, teman, maupun mitra kerja.
Selain potong rambut, cuci rambut, dan penataan rambut, di sini pengunjung sekaligus bisa menikmati lukisan dari berbagai jenis aliran.
“Tentunya juga dapat menikmati racikan minuman kopi asli yang berkualitas, berbagai varian asli Purbalingga dan dari seluruh Indonesia,” imbuhnya.
BACA JUGA:Video Literasi Siswa SMPN 1 Mrebet Moncer di Tingkat Jawa Tengah
Sugeng mengaku tak banyak menghadapi kesulitan kala pertama memulai usaha kolaborasi ini. Ia yakin tempat nongkrong yang menawarkan sajian kopi memang sudah tidak terhitung lagi di Kota Purbalingga. Namun, konsep seperti ini masih langka, bahkan mungkin satu-satunya di Purbalingga.
Gambarannya, saat pengunjung datang ke galerinya, sembari menunggu giliran potong rambut, mereka bisa bersantai sejenak menikmati seduhan kopi.
Apalagi jika sedang ramai, pengunjung dan konsumen harus rela mengantre untuk menunggu giliran pangkas rambut.