
Jejak Transportasi Kereta di Purbalingga Riwayatmu Kini
Salah satu bukti yang tersisa dari jalur kereta atau dalam Bahasa Belanda spoorweg penghubung Stasiun Banjarsari (Sokaraja) dengan Kota Purbalingga (Kandanggampang) adalah gelagar baja samping jembatan Kali Ponggawa, masuk wilayah Desa Blater Kecamatan Kalimanah.
Sisa yang lain juga bisa di temui di sebelah jembatan Kali Geting dengan ukuran lebih kecil dan beberapa di wilayah Kecamatan Kemangkon.
AMARULLAH NURCAHYO, Purbalingga
Menyusuri ruas beberapa lokasi bagian dari sejarah transportasi kereta uap di Kabupaten Purbalingga, sudah agak susah. Karena selain sudah banyak yang tertimbun jalan aspal, juga banyak besi rel yang sudah dihilangkan.
Seperti di beberapa titik di Jalan Mayjend Sungkono Kalimanah, Jalan Ahmad Yani Purbalingga dan lainnya.
BACA JUGA:Ketenangan dari Air Jernih dan Bunga Lotus
BACA JUGA:Inovasi Ramah Lingkungan PKSM Banyumas, Gunakan Bibit Tanaman Produktif untuk Ucapan Selamat
Ganda Kurniawan, salah satu Pemerhati Sejarah dan mantan Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Purbalingga, menjelaskan, saat itu maskapai Kereta Uap Lembah Serayu (Serajoedal Stoomtram Matschappij/SDS) sebelumnya telah membuat jalur pertama pada Etape I, yaitu dengan trayek Banjarnegara - Klampok - Kemangkon - Banjarsari - Purwokerto - Maos.
Kemudian pada tahun- tahun selanjutnya mulai digagas penambahan jalur baru, yaitu dimulai dari stasiun yang sudah ada yaitu Banjarsari (Sokaraja) ke utara hingga Kota Purbalingga. Pertimbangannya, karena jalur tersebut terdapat satu pabrik gula Suikerfabriek Kali Klawing yang juga terhubung dengan Suikerordeneming Bodjong (Purbalingga)
Artinya, SDS nantinya bisa mengakomodasi kedua pabrik gula tersebut untuk diantar ke pelabuhan Cilacap untuk diekspor. Selain itu juga jalur ini terdapat Tabakloodsen/gudang tembakau/GMIT (sekarang jadi Pabrik rambut Indokores) yang juga membutuhkan kemudahan akses ekspor.
Kemudian di jalur Etape II Banjarsari - Kota Purbalingga ini diresmikan tahun 1900. Berdasarkan dokumen konsesi yang didapat Tim, dianggarkan sebesar 2000 gulden khusus untuk membangun jalur ini. Biaya 2000 Gulden itu jika dikonversikan jaman sekarang senilai Rp 152.000.000, cukup murah.
BACA JUGA:Aipda Nurkholis Majid Zaenal A, Polisi Inspiratif dari Desa Sidakangen, Purbalingga
BACA JUGA:Mancing di Laut Jadi Ajang Refreshing Ala Komunitas Fake Angler
Selain spoorweg/rel juga dibangun sejumlah halte, diantaranya Halte Jompo (posisinya sekarang ditempati Soto Jompo), Halte Kalimanah (sebelah utara Koramil Kalimanah) dan yang terakhir adalah Stasiun Purbalingga di Kandanggampang (depan PT Boyang Industrial).
Kini, saat muncul wacana reaktivasi jalur kereta oleh pemerintah, saat ini jalur- jalur itu banyak yang tidak digunakan. Meski begitu, hingga tahun 2025 ini, realisasi reaktifasi jalur kereta api yang melalui wilayah Kabupaten Purbalingga masih belum jelas.