Ubah Eceng Gondok Jadi Solusi Lingkungan dan Ekonomi
Dari gulma jadi pakan ternak bergizi, Banjarnegara, Rabu 15 Oktober 2025-Pujud Andriastanto/Radar Banyumas-
Inovasi Dua Siswa SMP Banjarnegara
SIAPA sangka, gulma air yang kerap dianggap hama perairan ini justru bisa menjadi sumber solusi? Dua pelajar SMP Negeri 1 Banjarnegara berhasil mengubah eceng gondok dari Waduk Mrica yang selama ini menjadi masalah lingkungan, menjadi pakan ternak unggas bernilai gizi tinggi dan ekonomis.
PUJUD ANDRIASATNTO/BANJARNEGARA
Rosyadha Astuningtyas dan Ambar Fauzatun Ni’mah, dua siswa kelas 8 yang tergabung dalam program penelitian Opsi IPA. Dengan semangat ilmiah dan kepedulian lingkungan, keduanya mengembangkan riset sederhana namun berdampak besar, mengolah eceng gondok melalui proses fermentasi menjadi pakan alternatif untuk entok (itik serati).
“Selama ini eceng gondok hanya dibersihkan dan dibuang, padahal kandungan nutrisinya cukup tinggi,” kata Rosyadha.
Penelitian berlangsung selama dua bulan, Agustus hingga September 2025. Mereka memanfaatkan metode fermentasi menggunakan campuran EM4, bekatul, dan molase untuk meningkatkan nilai gizi tanaman air tersebut. Dua kelompok entok digunakan sebagai pembanding, satu diberi pakan bekatul biasa, satu lagi diberi campuran eceng gondok fermentasi.
BACA JUGA:Dari Panican Sampah Jadi Harapan
Hasilnya mengejutkan. Entok yang diberi pakan eceng gondok fermentasi menunjukkan pertambahan berat badan lebih besar, dengan kondisi kesehatan stabil. “Pakan fermentasi eceng gondok tidak hanya layak dikonsumsi, tetapi juga meningkatkan pertumbuhan unggas secara nyata,” jelas Ambar.
Penelitian ini bukan sekadar eksperimen sains sekolah biasa. Waduk Mrica selama bertahun-tahun mengalami ledakan populasi eceng gondok akibat tingginya kandungan nutrien dari limbah pertanian. Populasi gulma yang tak terkendali itu mengganggu ekosistem air dan operasional waduk.
Dengan temuan ini, eceng gondok yang dulu dianggap sampah kini bisa menjadi sumber daya berharga. “Kalau eceng gondok bisa diolah jadi pakan, berarti kita bisa membersihkan waduk sambil membantu peternak,” ujar Rosyadha.
Guru pembimbing, Retno Puspitorini, mengaku bangga dengan semangat eksploratif siswanya. “Anak-anak ini belajar melihat masalah di sekitar mereka, lalu mencari solusinya lewat ilmu. Eceng gondok yang selama ini dianggap gulma, bisa mereka ubah jadi sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat,” katanya.
BACA JUGA:Manisnya Edukasi dan Ekonomi Warga Desa Pagak
Menurutnya, penelitian ini menjadi bukti nyata bahwa sains di sekolah menengah bisa ikut menyelesaikan persoalan lingkungan dengan pendekatan sederhana namun berdampak luas.
Apresiasi juga datang dari Kepala SMP Negeri 1 Banjarnegara, Heri Purwanto. “Kami bangga karena penelitian ini menunjukkan bahwa dari sekolah menengah pun bisa lahir solusi nyata untuk persoalan lingkungan,” ujarnya.
Riset ini tak berdiri sendiri. Prosesnya mendapat dukungan etik dari Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ) Wonosobo dan uji laboratorium dari Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto. Menurut Heri, kolaborasi lintas jenjang ini menjadi contoh bagaimana pendidikan dasar dan perguruan tinggi dapat berjalan seiring untuk menghadirkan solusi inovatif.
Dari tangan dua siswa SMP, eceng gondok kini bukan lagi sekadar gulma, melainkan peluang baru, solusi ganda untuk lingkungan yang lebih bersih dan peternak yang lebih sejahtera.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


